Ini Cara Baru Mercedes-Benz Perangi Tesla di Era Mobil Listrik

24/07/2021

Pasar mobil

3 menit

Share this post:
Ini Cara Baru Mercedes-Benz Perangi Tesla di Era Mobil Listrik
Daimler berencana untuk menyuntikkan dana sebesar €40 miliar ke Mercedes-Benz sebagai upaya untuk menejegal pesaing terberatnya, Tesla di pasar mobil listrik.

Dana yang setara Rp 682 triliun tersebut akan diberikan kepada Mercedes-Benz di tahun 2030. Namun, Daimler menyebutkan bahwa pergeseran teknologi yang akan terjadi dapat menyebabkan karyawan Mercedes-Benz terpaksa dirumahkan.

Mercedes-Benz dengan para mitranya akan membangun delapan pabrik baterai untuk meningkatkan produksi kendaraan listrik (EV). Mulai tahun 2025, semua platform kendaraan Mercy akan menggunakan motor listrik.

Abaikan Mesin Konvensional

CEO dari Daimler dan Mercedes-Benz, Ola Kallenius menyebutkan bahwa mereka hanya akan mengeluarkan dana mendekati nol untuk pengembangan mesin konvensional pada tahun 2025.

Gambar Ola Kallenius

CEO Mercedes-Benz, Ola Kallenius

"Kami benar-benar ingin melakukannya.. dan menjadi dominan. Setidaknya semua akan listrik pada akhir dekade ini," ungkap Kallenius.

Namun, mereka tidak memberikan deadline mengenai kapan terakhir kali pabrikan asal Jerman ini akan menjual mobil bermesin konvensional. Beberapa merek global lain seperti Fiat dan Volvo sudah menyatakan bahwa semua jajaran produknya akan menjadi mobil listrik.

Sedangkan General Motors menetapkan deadline mereka pada tahun 2035. Semuanya berusaha untuk memperkecil jarak dari penguasa pasar mobil listrik saat ini, Tesla.

>>> Ferrari 296 GTB Kini Bisa Dimainkan di Game Fortnite

Gambar Pabrik Tesla

Mercedes-Benz sudah bertekad untuk mengakhiri dominasi Tesla di pasar mobil listrik

"Kita perlu menjauhkan perdebatan dari saat Anda membangun mesin pembakaran terakhir karena itu tidak relevan. Pertanyaannya adalah seberapa cepat Anda dapat meningkatkan hingga mendekati 100% listrik dan itulah yang kami fokuskan," tambah Kallenius.

Setelah kabar ini terkuak, harga saham dari Daimler pun langsung menanjak 2,5%, terutama setelah pekan lalu Uni Eropa akan menetapkan pelarangan terhadap penjualan mobil berbahan bakar bensin dan mesin diesel untuk mencoba menghambat global warming. Tentu, pasar pun melihat sentimen positif tersebut.

>>> Pakai Tenaga Surya, Mobil Listrik Lightyear One Nggak Ribet Cari Colokan!

Keputusan Yang Sulit

Di Mercedes-Benz, pergeseran tersebut akan menyebabkan penurunan 80% dalam investasi ke mesin pembakaran dan teknologi plug-in hybrid antara 2019 dan 2026. Hal tersebut akan berdampak langsung pada lapangan pekerjaan.

Hal itu disebebkan oleh perakitan mobil listrik yang memiliki komponen lebih sedikit sehingga membutuhkan tenaga kerja yang tak terlalu banyak jika dibanding mobil bermesin konvensional.

Gambar Pabrik Mercedes-Benz

Meski berat, perampingan tenaga kerja harus dilakukan

>>> 4 Tips Menghindari Pohon Tumbang Kala Berkendara saat Hujan

"Transformasi tenaga kerja kami akan melibatkan keputusan sulit. Ya, secara keseluruhan kami harus dan akan mengurangi biaya pribadi kami," kata anggota dewan manajemen Mercedes-Benz dan kepala sumber daya manusia, Sabine Kohleisen.

Perusahaan juga mengatakan akan membangun 200 gigawatt jam (GWh) kapasitas sel baterai. Empat dari pabrik baterai barunya akan berada di Eropa dan satu di Amerika Serikat.

Daimler mengatakan akan segera mengumumkan mitra Eropa baru untuk rencana produksi baterainya. Uni Eropa telah berusaha keras untuk membangun kapasitas baterai untuk melawan dominasi produksi baterai China.

Mereka juga mengungkapkan bahwa sebagai bagian dari strategi elektrifikasinya, pihaknya akan membangun pabrik daur ulang baterai di Kuppenheim, Jerman, yang akan mulai beroperasi pada 2023.

>>> Pilihan harga Mercedes-Benz baru dan promo ada di sini

Mengawali karir sebagai jurnalis otomotif di tahun 2017, Taufan mengisi berbagai posisi mulai dari reporter, test driver, dan host untuk salah satu portal berita otomotif nasional. Kini, Ia bergabung sebagai content writer di Cintamobil.com. Taufan merupakan lulusan Hubungan Internasional Fakultas
 
back to top