Menakar Potensi Pasar Mobil Murah di Indonesia

19/10/2021

Pasar mobil

3 menit

Share this post:
Menakar Potensi Pasar Mobil Murah di Indonesia
Mobil murah yang masuk dalam segmen LCGC menjadi penyumbang terbesar kedua penjualan mobil di Indonesia. Bagaimana potensi pasar mobil tersebut di masa depan?

Mobil murah yang tergabung dalam segmen Low Cost Green Car (LCGC) memberikan kontribusi besar terhadap penjualan kendaraan roda empat di Indonesia.

Dalam catatan Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), deretan mobil murah itu memberikan kontribusi sekitar 20% dari total penjualan seluruh model. Posisi LCGC ini tepat berada di bawah Low MPV. 

Bukan tanpa alasan, harga tentu menjadi pertimbangan utamanya. Dibandingkan model lainnya, harga LCGC ini cenderung lebih murah. Sejak rilis perdana tahun 2013, mobil jenis ini tak dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) sama sekali dengan harapan bisa dijangkau oleh lebih banyak orang.

Gambar menunjukan Toyota Agya

Agya merupakan angkatan pertama LCGC yang lahir tahun 2013

>>> Pandemi Belum Usai, Mobil Murah Masih Dilirik Nggak Ya?

Mobil Murah Bakal Makin Mahal?

Toh dengan harga lebih murah dari Low MPV, konsumen bisa mendapatkan fasilitas yang tak jauh berbeda. Mobil bisa dibawa kemana saja, sanggup memuat hingga tujuh orang untuk model tertentu, dan telah dibekali fitur keamanan. 

Namun belakangan keberadaan mobil murah justru menjadi perbincangan hangat. Ini lantaran pemerintah menerapkan aturan PPnBM berdasarkan emisi yang membuat mobil LCGC terkena dampaknya. Mobil LCGC tak lagi dibebaskan PPnBM. Harga LCGC bisa merangkak dan tak menutup kemungkinan harganya jadi setara Low MPV. 

Gambar menunjukan Calya

Fungsi LCGC kini juga sudah dibilang menyerupai Low MPV namun harga jualnya lebih murah

Bukan tidak mungkin kenaikan harga memberikan dampak terhadap penjualan mobil LCGC di masa mendatang. Apalagi potensi kenaikan PPnBM pada mobil LCGC bisa mencapai 15%. Sekadar gambaran kasar, bila harga mobil Rp 100 juta maka kenaikan harga bisa mencapai Rp 15 jutaan. Bagi produsen ini tentu memberatkan. 

"LCGC kan sebelumnya 0% tetapi dengan PP 74 ini akan naik jadi 3%. Sampai hari ini kami masih menunggu seperti Pak Hen bilang persetujuan LCGC kena tax relaksasi dan belum keluar sampai hari ini, kami masih mengejar," beber Direktur Marketing PT Astra Daihatsu Motor Amelia Tjandra belum lama ini. 

"Kalau misalnya peraturan tax relaksasi ini berlaku untuk LCGC juga maka tidak naik tapi nanti Januari akan naik 3%. Nah kalau peraturan itu belum ditandatangani gimana? Maka mobil LCGC akan masuk dalam kategori passenger vehicle, dia akan kena 15% dan di dalam peraturan tax relaksasi belum disebutkan mobil-mobil LCGC," lanjut Amelia.  

Selain Daihatsu, hingga saat ini beberapa produsen masih menjajakan LCGC dengan harga lama alias tak ada perubahan sama sekali. Dikonfirmasi terpisah, Direktur Marketing PT Toyota Astra Motor Anton Jimmi Suwandy mengatakan pihaknya masih memiliki stok LCGC untuk dijual dengan menggunakan harga lama. 

Foto tampilan depan Honda Brio Satya E CVT 2018

LCGC saat ini belum mengalami perubahan harga

Pun demikian dengan Honda yang masih menanti aturan relaksasi PPnBM direstui pemerintah sehingga harga mobil LCGC setidaknya bertahan hingga akhir tahun 2021. 

"Untuk LCGC, kami masih memaksimalkan menjual stok yang ada dulu sampai peraturan menteri yang mengatur KBH2 masuk dalam list PPnBmDTP keluar," tutur Business Innovation and Sales & Marketing Director PT HPM Yusak Billy dalam kesempatan terpisah. 

>>> Suzuki Karimun Wagon R Kalah Saing Lawan LCGC Lainnya, Ini Penyebabnya

Penjualan LCGC Mulai Menurun

Meski masih menjadi kontributor terbesar kedua penjualan mobil di Indonesia, nyatanya penjualan LCGC terlihat mengalami penurunan sejak 2019. Bila pada tahun 2018 LCGC terdistribusi sebanyak 230.443 unit maka pada 2019 jumlahnya menyusut menjadi 217.454 unit. 

Kemudian pada tahun 2020 selama 12 bulan penjualan mobil murah itu hanya mencapai 104.650 unit dampak dari pandemi yang melanda. Masuk tahun 2021, perlahan-lahan penjualan LCGC mulai pulih.

Pada periode Januari hingga September 2021, sudah ada 109.896 unit mobil murah terdistribusi dari pabrik ke dealer. Tentu masih ada harapan peningkatan penjualan mengingat masih tersisa tiga bulan terlebih jika pemerintah memberi restu relaksasi PPnBM untuk LCGC. 

Lalu bagaimana nasib mobil murah ketika nanti dikenakan PPnBM? Kalau kenaikannya 3% mungkin pengaruhnya tak besar, tapi kalau sampai 15% tidak mustahil mobil ini mulai ditinggalkan.

Keiritan yang menjadi andalan kedua dari LCGC bisa saja didapatkan pada mobil model lain. Terlebih PPnBM kini sudah berdasarkan emisi dan konsumsi BBM sehingga pabrikan tentu berlomba-lomba menghadirkan mobil yang hemat namun nonLCGC. Menarik untuk menantikan pasar mobil murah tahun depan!

>>> Suzuki S-Presso Siap 'Bunuh' LCGC?

Menjadi jurnalis otomotif di salah satu media ternama di Indonesia sejak 2016 dan telah memiliki ragam pengalaman menguji mobil hingga mengunjungi pameran otomotif tingkat dunia. Bergabung sebagai Editor di Cintamobil sejak tahun 2020. Lulusan Universitas Trisakti ini mengawali karir sebagai jurnal
 
back to top