
Bahan bakar minyak diesel alias solar dengan cetana number tinggi seperti Pertamina Dex, memang sudah terbukti cocok untuk mesin diesel modern dengan sistem common rail. Performa dari mesin senantiasa terjaga jika menggunakan BBM solar berkualitas baik, baik itu performa akselerasi mesin maupun performa dari konsumsi bahan bakar. Lantas bagaimana jika mesin diesel konvensional seperti Isuzu Panther menggunakan BBM solar dengan cetana tinggi?
Isuzu Panther masih mengusung mesin diesel konvensional
Pahami Dulu Apa Itu Cetane Number
Cetane number merupakan satuan yang menunjukkan seberapa cepat suatu minyak diesel (solar) terbakar di bawah tekanan dan suhu tinggi. Hal ini berbanding terbalik dengan bahan bakar bensin (gasoline) yang menggunakan satuan RON (Research Octane Number) sebagai satuan ukurnya. Di mana semakin tinggi RON BBM akan makin sulit untuk terbakar.
Cetane Number mewakili ignition delay
Cetane Number ini mewakili ignition delay. Simpelnya, semakin rendah angka Cetane Number akan membuat bahan bakar lebih lama menyala akibat tekanan di ruang bakar. Efeknya, power mesin pun menjadi tidak maksimal. Begitu pun sebaliknya. Jadi mudahnya dari mulai solar disemprotkan ke ruang bakar sampai terjadi pembakaran. Makin tinggi angka cetane number maka semakin cepat pula pembakarannya, korelasinya adalah ke performa mesin.
>>> Apa jadinya kalau mesin diesel modern diisi BBM Solar berkandungan B100?
Diuji Di Atas Mesin Dyno
Salah satu channel otomotif di Indonesia yakni Motomobil melalui vlog om Mobi di YouTube melakukan percobaan penggunaan solar berkualitas tinggi terhadap mesin diesel konvensional. Caranya adalah dengan menaikkan mobil bermesin diesel jadul yakni Isuzu Panther ke atas mesin dyno. Isuzu Panther yang digunakan mengusung mesin berkode 4JA1-L dengan konvigurasi 4-silinder 2500 cc OHV.
Isuzu Panther milik Icang dari channel Aspros Auto digunakan sebagai kelinci percobaan
"Jadi ini ada filter di sini, ini ada Handpump yang kalau kita kehabisan solar ini digunakan (biasanya untuk menanggulangi gejala masuk angin), salah satu selang itu menuju ke tangki. Lepas (selang itu) pasang selang baru, begitu juga dengan selang balik yang ada di injection pump-nya kita balikkin ke jerigen lagi. Jadi mobil ini berjalan (hidup) menggunakan jerigen (berisi BBM) murni, enggak pakai tangki solar aslinya," papar Yongki Priutomo alias Om Turbo dalam tayangan YouTube Om Mobi yang Cintamobil.com kutip.
Dan berikut ini adalah hasil dynotest Isuzu Panther yang dilakukan oleh tim Motomobi:
Hasil dynotest Isuzu Panther | ||
Jenis BBM | Tenaga | Torsi |
Bio Solar | 55 HP | 95 ft lb atau sekitar 128 Nm |
Dex Lite | 54 HP | 95 ft lb atau sekitar 128 Nm |
Pertamina Dex | 54 HP | 94 ft lb atau sekitar 127 Nm |
Shell Diesel | 55 HP | 93 ft lb atau sekitar 126 Nm |
Bio Solar (Run 2) | 54 HP | 93 ft lb atau sekitar 123 Nm |
Kesimpulan
Dari hasil dyno di atas memang menunjukkan bahwa setelah mesin diesel konvensional diisi solar dengan cetane number tinggi tidak ada perbedaan yang signifikan antara tenaga dan torsinya. Sebab mesin diesel Panther masih menggunakan injektor yang lubangnya besar, sehingga pengabutan bahan bakarnya belum se-presisi diesel common rail yang umumnya pakai injektor dengan lubang kecil.
Angka-angka dari mesin dyno ini merupakan on wheel bukan on crank seperti di brosur
Meskipun hasil percobaan yang dilakukan tim Motomobi tersebut, BBM solar cetana tinggi pada mesin diesel konvensional tidak terlihat ada difrensiasi, namun sebenarnya tetap ada perbedaan yang terlihat saat dyno berlangsung.Misalnya saat dyno menggunakan Bio Solar terlihat asap hitam serta aroma yang menyengat. Sementara saat pakai Dex Lite asap sedikit berkurang dan aroma menyengatnya berkurang. Paling baik adalah Pertamina Dex di mana asapnya paling minimal begitu juga dengan aroma asapnya.
Solar dimasukkan dari sini
Sementara untuk Shell Diesel aroma asapnya mirip-mirip dengan Dex Lite, tetapi saat digaspol asapnya tidak sepekat Dex Lite. Sebagai informasi BBM Bio Solar, Dex Lite dan Shell Diesel dalam pembuatannya mengandung CPO (Crude Palm Oil). CPO adalah minyak energi yang terbarukan. CPO alias minyak sawit ini diproduksi di Indonesia. Namun, kandungan CPO ini agak kurang baik bagi mesin diesel modern, sebab kandungan Bio content di solar mengurangi daya lumas yang semestinya tejadi pada dinding silinder mesin diesel, hal tersebut lantaran kandungan bio itu melarutkan oli di dinding silinder, jadi friksinya bertambah.