Popularitas Mobil Listrik Di China = Awalnya Hanya FOMO

25/03/2024

Pasar mobil

1 menit

Share this post:
Popularitas Mobil Listrik Di China = Awalnya Hanya FOMO
China negara yang jauh lebih maju dibandingkan dengan Indonesia pasar mobil listrik di sana berkembang sangat pesat, tapi tahukah Anda bahwa awalnya hanya FOMO?

Tak bisa dipungkiri Republik Rakyat China (RRC) adalah negara yang jauh lebih besar dan maju dibandingkan dengan Indonesia. Pasar mobil listrik di sana berkembang sangat pesat, tapi tahukah Anda bahwa sebenarnya konsumen mobil listrik di China awalnya hanya FOMO saja?

BYD Atto 3 Superior
Mobil listrik awalnya hanya FOMO, termasuk di China

Ya FOMO yang merupakan akronim dari Fear Of Missing Out alias takut akan ketertinggalan dan dicap enggak gaul merupakan awal popularitas mobil listrik di Tiongkok. Lantas apakah hal tersebut bisa menular ke Tanah Air?

Awalnya FOMO

Hal itu benar adanya, "Pada saat 2010 Pertama Kalinya BYD memulai EV di China Market (Pasar China), masyarakat (konsumen China) masih menganggap bahwa BEV ini adalah sesuatu yang baru," buka Eagle Zhao, Managing Director PT. BYD Motor Indonesia.

"Konsumen masih ragu mengenai baterainya, drive range-nya berapa kilometernya, ini yang menjadikan masyarakat China mengganggap EV adalah kendaraan nomor dua bahkan nomor tiga di mana mereka beli itu hanya teronggok saja di garasi atau di carport, atau hanya untuk FOMO (Fear Of Missing Out) saja," jelasnya.

BYD Yuan Plus di Shenzen, China
Di China mobil listrik sudah menjelma menjadi kebutuhan

"Ini yang BYD juga harapkan dengan masuknya BYD ke pasar Indonesia, ini juga memberikan lagi pilihan BEV kepada masyarakat Indonesia dan berharap bahwa dengan hadirnya BYD memperbesar juga penetrasi EV di pasar Indonesia dan juga akan menjadikan BEV ini kendaraan pertama bukan kendaraan kedua lagi," tuturnya.

Pria yang akrab disapa Eagle ini pun menambahkan, "Sebagai contoh bahwa tahun lalu penetrasi pasar BEV itu ada di 35,7% penetrasinya di China, untuk saat ini sekarang BEV sudah ada di tahap Metro Stage atau sudah dianggap bahwa BEV adalah kendaraan pertama mereka (konsumen di China)," yakinnya.

>>> Gantengnya BYD T5 DM-i Pesaing Utama Mitsubishi FUSO eCanter

Tantangan Penetrasi BEV

"Setiap negara untuk masuk EV itu penetrasinya pasti sangat sulit. Sebagai contoh market China, seperti saya tadi sudah mention pada tahun 2023 peneterasi market EV di China sebesar 35,7% tapi dapatkah dibayangkan penetrasinya empat tahun lalu? Pada empat tahun lalu pada saat pandemi hanya 5%," kata Eagle.

"Kita menggunakan 7 tahun untuk mengembangkan (dari) 0% ke 5%. Tahun 2010 penetrasi pasar masih 0%, kami membutuhkan waktu 7 tahun untuk sampai ke 1% saja," kata pengguna mobil sedan listrik mewah BYD Han ketika dirinya pulang ke China ini.

Charging BYD Atto 3 2024
Infrastruktur dan insentif jadi tantangan tersendiri penetrasi pasar mobil listrik di Indonesia

"Namun kemudian (dari) 1% ke 5% hanya membutuhkan waktu 3 tahun, lalu kemudian dari 5% ke 35% membutuhkan waktu 3 tahun saja. Hal inilah yang menunjukkan bahwa penetrasi EV sangat cepat dari yang kita bayangkan," tukas alumnus Nanjing University of Science and Technology ini.

"Hal ini juga kami berharap tren yang sama atau penetrasi yang sama juga terjadi di Indonesia. Kami berharap penetrasi EV di Indonesia lebih cepat dari itu. Saya juga punya refrensi lain, di Thailand 1 tahun dari 2% ke 11% di Thailand 2022-2023 (negara ini insentifnya banyak). Ini adalah revolusi industri EV," tutupnya.

>>> Akselerasi Mobil Listrik Semakin Galak, Ini Cara Handle yang Benar

Mengawali karir sebagai jurnalis otomotif pada 2014, setahun kemudian Arfian menjadi test driver di sebuah tabloid otomotif nasional. Bergabung di Cintamobil.com sejak 2018, kini ia menjadi Head of Content di Cintamobil.com   About Arfian Lulusan kampus Trisakti angkatan 2009 ini sebe
 
back to top