
Penggunaan bahan CPO (Crude Palm Oil) untuk bio solar memang menimbulkan polemik tersendiri, karena konon untuk penggunaan jangka panjang dapat merusak komponen mesin. Seperti yang diketahui, beberapa BBM diesel bio alias solar bersih yang dijual di Indonesia seperti Bio Diesel, Dex Lite, hingga Shell Diesel dalam pembuatannya itu mengandung CPO atau minyak sawit.
Inilah kandungan yang ada dalam Bio Solar
Namun konon berkebalikan dengan mesin diesel konvensional, kandungan CPO ini agak kurang baik bagi mesin diesel modern, sebab kandungan dari bio content di solar malah mengurangi daya lumas yang semestinya terjadi pada dinding silinder mesin diesel, hal tersebut lantaran kandungan bio itu melarutkan oli di dinding silinder, jadi friksi pada mesin bertambah, sehingga lama kelamaan komponen di ruang bakar menjadi rusak. Lantas apakah penggunaan BBM diesel bio aman?
>>> Ini jadinya kalau mesin diesel modern dipaksa tenggak BBM solar B100
Pembakaran Bio Solar Pasti Ada Sisa Hidro Carbon
Mesin diesel konvensional lebih tahan diisi BBM diesel jenis apapun
"Pelumasan terjadi setiap piston (kompresi), oil film terbentuk secara liner (langkah piston) ketika bahan bakar disemprotkan langsung terbakar, pasti ada sisa hidro carbon, yang disapu kembali oleh ring compresi piston, keluar bersama gas buang, jadi efeknya tidak akan besar. Berbeda dengan bensin, pada bensin bahan tidak langsung terbakar," tukas Thomas Aquino Wijanarko, selaku Instructur & Project PT Isuzu Astra Motor Indonesia kepada Cintamobil.com.
Langkah Antisipasi Isuzu
Ditambahkan oleh pria yang juga lulusan Politeknik Manufaktur Astra angkatan 2005 serta Universitas Indonesia ini, "Isuzu menggunakan double filter sebagai bentuk antisipasi penggunaan bahan bakar B30, dan kami menyarankan untuk pergantian filter solar menjadi lebih sering," papar Thomas yang jadi panggilan akrab Thomas Aquino Wijanarko ini.
Melakukan servis teratur juga dapat memperpanjang usia pakai kendaraan
Selain itu, antisipasi bio solar yang lama-kelamaan dapat merusak mesin juga bisa ditanggulangi dengan melakukan perawatan truk secara berkala. "Kendaraan komersial tetap perlu dilakukan service berkala, sesuai petunjuk pada owner manual, bisa di 5000 km – 10.000 km, dan juga dilihat dari medan operasional masing-masing kendaraan. Misalnya di offroad maka kecenderungan lebih cepat.," tambah Thomas.
Hasil Tes Performa Tidak Signifikan
Hasil tes di diesel konvensional tidak signifikan
Mengutip salah satu channel di YouTube yakni Om Mobi dari Motomobi TV, ternyata penggunaan bbm diesel biasa tidak berpengaruh signifikan terhadap performa kendaraan. Pengujian dilakukan di atas mesin dyno dengan mengandalkan Isuzu Panther bermesin 4JA1-L dengan konvigurasi 4-silinder 2500 cc OHV yang notebone masih konvensional. Dan berikut ini adalah hasil dynotest Isuzu Panther yang dilakukan oleh tim Motomobi:
Hasil dynotest Isuzu Panther | ||
Jenis BBM | Tenaga | Torsi |
Bio Solar | 55 HP | 95 ft lb atau sekitar 128 Nm |
Dex Lite | 54 HP | 95 ft lb atau sekitar 128 Nm |
Pertamina Dex | 54 HP | 94 ft lb atau sekitar 127 Nm |
Shell Diesel | 55 HP | 93 ft lb atau sekitar 126 Nm |
Bio Solar (Run 2) | 54 HP | 93 ft lb atau sekitar 123 Nm |
Dari hasil dyno di atas memang menunjukkan bahwa setelah mesin diesel konvensional diisi solar dengan cetane number tinggi tidak ada perbedaan yang signifikan antara tenaga dan torsinya. Sebab mesin diesel Panther masih menggunakan injektor yang lubangnya besar, sehingga pengabutan bahan bakarnya belum se-presisi diesel common rail yang umumnya pakai injektor dengan lubang kecil. Namun jika diuji di mesin diesel common rail, menurut kami hasil ini bisa berbeda 180º.
>>> Mau beli mobil bekas diesel niaga dengan mesin bandel? Beli mobil bekas Isuzu ini