
Harga BBM jenis Pertamina Pertamax sudah resmi naik Rp 3.500 dari sebelumnya Rp 9.000 menjadi Rp 12.500 untuk setiap liternya. Meski harga jual BBM Jenis Pertalite jauh lebih murah yakni Rp 7.650 per liter, namun ada beberapa hal yang harus Anda pertimbangkan sebelum 'turun kelas' dari Pertamax ke Pertalite.
Resiko Pakai Pertalite
Ada beberapa resiko yang perlu Anda waspadai kalau pakai Pertalite. "Yang pasti emisi gas buangnya bisa tinggi, performa mesin turun selanjutnya timbul kerak di ruang bakar sehingga gejala knocking atau ngelitik timbul," buka Didi Ahadi selaku Departement Head Dealer Technical Support, PT Toyota Astra Motor kepada tim Cintamobil.com.
Mesin modern biasanya butuh BBM Pertamax
Pria yang akrab disapa Didi ini juga menambahkan bila pada buku manual suatu kendaraan terdapat batasan angka RON (Research Octane Number) yang harus dipatuhi agar umur kendaraan lebih awet dan performa mesin kian optimal. Angka rekomendasinya bisa beda-beda ada yang merekomendasikan Pertamax ada juga yang Pertamax Turbo.
Jenis BBM yang direkomendasikan ada di buku manual
"Buku manual menyarankan bahan bakar yang diperuntukan mesin sehingga mesin tetap baik dalam jangka panjang," tutur Didi lagi. Makanya, tidak semudah itu untuk mengambil keputusan pindah penggunaan BBM, dari tadinya Pertamax ke Pertalite.
Memang Ada Knocking Sensor Tapi...
Mobil modern saat ini memang sudah dilengkapi dengan KCS alias Knocking Sensor. KCS biasanya terletak di balik intake intake manifold (saluran udara), fungsi KCS ini mengatur spark timing (waktu percikan api dari busi) serta waktu deteksi getaran akibat knocking.
>>> Mobil Turbo Pakai BBM Oktan Rendah? Siapa Takut!
Jadi sebenarnya mobil bisa nenggak BBM apapun selama itu bensin. "Sensor tersebut akan memberikan perintah ke ECU untuk adanya knocking sehingga bisa pengapian bisa diatur, namun kalau sudah parah tetep ngelitik," tambah Didi.
>>> Kenaikan Harga BBM Dunia, Termahal Capai Rp 41 Ribu per Liter
Kalau sudah ngelitik, internal mesin sepertu piston serta ringnya, liner silinder dan katup bisa rusak, ujung-ujungnya pengeluaran jadi tinggi, sebab harus turun mesin 'setengah' buat membetulkan itu semua. So, pilih mana? Berkorban pakai BBM bagus tapi mahal atau BBM murah namun beresiko rusak?