LiDAR sendiri adalah akronim dari Light Detection and Ranging, yaitu teknologi penginderaan jauh yang menggunakan getaran laser untuk mengumpulkan pengukuran yang dapat digunakan untuk membuat model 3D serta peta objek dan lingkungan. Dikembangkan dari teknologi radar yang sudah ada, teknologi LiDAR disebut akan lebih akurat dibandingkan radar.
Apa itu LiDAR?
Sebenarnya, teknologi LiDAR bukanlah hal baru. Teknologi ini sudah ada sejak tahun 1960-an ketika pemindai laser dipasangkan pada pesawat. Baru pada akhir 1980-an, dengan diperkenalkannya sistem GPS secara komersial, data LiDAR menjadi alat yang berguna untuk menyediakan pengukuran geospasial yang akurat.
LiDAR awalnya digunakan untuk pengukuran geospasial, contohnya kedalaman sungai
Sebuah radar biasa, yang digunakan di pesawat, kapal, dan mobil, selama beberapa dekade, bisa mendeteksi objek di depan maupun di belakang. Radar akan memancarkan gelombang mikro dan akhirnya menyampaikan sensor kembali. Dengan demikian, radar dapat melukiskan gambaran mendasar tentang apa yang ada di sekitar dan seberapa jauh jaraknya.
Lidar bekerja pada premis yang sama. Namun bedanya, sistem baru ini akan memancarkan gelombang laser – hingga satu juta per detik – bukan gelombang mikro. Laser akan memberikan gambaran yang lebih akurat daripada radar dan dapat membuat gambar tiga dimensi di sekitar kendaraan dan secara efektif memberikan semacam visi robotik.
>>> Kabin Lebih Sehat, Begini Cara Kerja Teknologi Pembersih Udara Kabin
Instrumen LiDAR terutama terdiri dari laser, pemindai dan receiver GPS khusus. Pesawat terbang dan helikopter adalah platform yang paling umum digunakan untuk memperoleh data LiDAR di wilayah yang luas. Dua jenis LiDAR adalah topografi dan batimeri. LiDAR topografi biasanya menggunakan laser inframerah untuk memetakan tanah, sementara versi batimeri menggunakan lampu hijau yang bisa menembus air untuk mengukur ketinggian dasar laut dan dasar sungai.
LiDAR bisa melihat kondisi geografis, seperti yang dipakai oleh helikopter
LiDAR juga memiliki beberapa kelemahan. Pertama, sistem ini memiliki desain yang besar, seperti kubah besar yang terletak di atas mobil, tak ubahnya dengan lampu sirine yang ditemukan pada mobil polisi dan ambulance. Sistem semacam ini juga memiliki label harga yang mahal dan tidak praktis dengan biaya mencapai puluhan ribu dolar, atau ratusan juta rupiah.
>>> Ingin membeli mobil baru dan bekas termurah? Klik disini untuk informasi lebih lanjut
Solid-State Lidar
Dalam pengembangannya, produsen membuat solid-state lidar, yang menggantikan kubah yang berputar di atas atap dengan sebuah kotak kecil. Karena ukurannya yang kecil, sistem ini bisa disembunyikan di balik gril kendaraan atau dimasukan ke dalam lampu depan.
Solid-state LiDAR bisa digunakan untuk meningkatkan sistem keselamatan
Namun kelemahan utama solid-stage LiDAR adalah bahwa satu unit hanya mampu menangkap bidang pandang terbatas. Karena tidak lagi diletakkan di atas atap, pembuat mobil harus memposisikan beberapa unit di sekitar mobil. Pengembangan masih dilakukan untuk membuat LiDAR menangkap semua informasi yang dibutuhkan namun dengan harga yang tepat.
>>> Dapatkan pengetahuan tentang teknologi kendaraan terlengkap di sini
Jika hal tersebut terjadi – satu atau dua tahun mendatang – solid-state LiDAR kemungkinan akan menjadi teknologi masal kendaraan. Menjadi salah satu sistem yang membantu pengendaraan swakemudi, sistem ini juga bisa meningkatkan fitur keselamatan yang ada, sepert deteksi blind spot dan penghindaran tabrakan belakang.
Teknologi LiDAR dari Volvo yang bisa mendeteksi hingga 250 meter ke depan
Saat ini, Volvo menjadi salah satu produsen yang sedang sibuk mengembangkan teknologi LiDAR untuk kendaraan swakemudi yang ingin diproduksi. Dikembangkan bersama Luminar, sebuah startup dari Silicon Valley, teknologi LiDAR Volvo disebut mampu mendeteksi pergerakan manusia 250 meter di depan.
>>> Kumpulan tips dan trik otomotif terlengkap bisa Anda temukan disini