
Mobil-mobil dengan produksi kekinian alias zaman now memang sudah sarat dengan teknologi tinggi. Tidak hanya fitur saja yang makin berlimpah, namun juga dari segi teknis, mesin mobil terbaru saat ini sudah semakin presisi, misal clearance alias celah-celah pada mesin, seperti gap antara piston dengan liner silinder kini sudah semakin presisi, ini membuat mobil harus pakai oli mesin dengan spek tertentu. Pun begitu dengan rasio kompresi, mobil nowadays atau jaman sekarang sudah tinggi dan seakan mensyaratkan BBM dengan oktan tinggi pula. Lantas bagaimana jika mesin berteknologi tinggi 'dipaksa' menenggak BBM oktan rendah?
Kami pun penasaran bagaimana jika mobil dengan teknologi tinggi dan berturbo 'dipaksa' minum BBM oktan rendah
Kami tergelitik menguji hal ini, sebab meskipun BBM dengan oktan 92 bahkan 98 saat ini sudah mulai mudah ditemui di pedesaan sekalipun. Namun apabila mengalami kondisi darurat, misalnya jika BBM yang direkomendasikan ternyata habis atau sukar ditemui apakah tetap boleh mobil berteknologi tinggi dan berturbo diisi dengan BBM beroktan rendah? Kami yang penasaran ini pun menguji dengan mobil All New Honda CR-V 1.5L VTEC Turbo 2019 yang kami miliki dan gunakan untuk mudik lebaran tahun 2019 lalu dengan rute dari Yogyakarta ke Malang.
Inilah mobil yang kami jadikan kelinci percobaan, sebuah All New Honda CR-V 1.5L VTEC Turbo 2019
Saat berangkat dari Yogyakarta, BBM kami isi full dengan oktan 92 sesuai dengan rekomendasi Honda untuk mesin L15B berteknologi katup variabel VTEC dan bersistem induksi udara paksa ini. Mobil kami isi pada kapasitas optimumnya, yaitu 5 penumpang dewasa, dan barang-barang berupa tas dan oleh-oleh khas mudik. Rute yang kami lewati adalah rute tol trans jawa. Gaya mengemudi pun natural saja, kami tidak melakukan ritual khusus seperti dengan sengaja berjalan sangat lambat di jalan tol dengan deviasi kecepatan yang jauh dibanding kendaraan lain, karena ini akan membahayakan keselamatan kami maupun pengguna jalan lain.
Gaya mengemudi yang kami gunakan natural saja, tidak sengaja berjalan lamban, karena irit bukan berarti lambat
Saat menggunakan BBM oktan 92, konsumsi BBM kombinasi yang kami dapat adalah 16,4 km/l. Saat perjalanan pulang dari Malang menuju Yogyakarta, kami mengisi BBM dengan oktan 88 ke dalam tangki mobil yang kami gunakan. Memang, harus diakui terasa sekali perbedaan tenaga setelah mengisi BBM dengan oktan yang lebih rendah ini. Untuk proses overtaking kendaraan lain, tes driver kami perlu menginjak pedal gas lebih dalam yang berdampak pada konsumsi BBM lebih boros. Memang tidak terdengar gejala knocking, karena mesin modern ini sudah dilengkapi knock sensor yang mengatur timing pengapian.
>>> Mencari mobil impian? Dapatkan berbagai pilihan hanya disini
Seperti khasnya mudik, mobil yang kami gunakan juga penuh dengan barang bawaan dan oleh-oleh saat pengetesan
Hasil konsumsi BBM yang didapatkan memang sesuai dugaan kami sebelumnya, lebih boros sekitar 5 km/l alias hanya mampu mencatatkan angka 11,4 km/l saja dengan gaya mengemudi yang sama. Pun begitu dengan respon mesinnya yang tidak seenak saat menggunakan BBM dengan oktan yang direkomendasikan. Terbukti mobil berteknologi tinggi dan berturbo ketika dipaksa meminum BBM dengan oktan rendah, akan berefek pada akselerasi, dan konsumsi BBM yang tidak terlalu baik. Lantas pertanyaan pun berkembang, apakah menggunakan BBM dengan oktan rendah untuk jangka panjang akan membuat mesin aman?
Mesin modern tidak harus menggunakan BBM dengan oktan tinggi, namun untuk jangka panjang baiknya pakailah BBM sesuai rekomendasi pabrikan
Dahulu, memang penyesuaian angka oktan dengan rasio kompresi mesin lebih didasari dengan tujuan agar terhindar dari gejala knocking yang dapat merusak mesin. Jika oktan yang digunakan tidak sesuai dengan rasio kompresi mesin, otomatis akan terjadi pembakaran dini (knocking) sehingga di dalam ruang bakar akan terjadi 2 kali pembakaran. Namun mesin modern kini telah dilengkapi dengan sensor knocking. Jadi akan semakin sulit lagi mesin modern untuk mengalami gejala knocking, hal ini dapat terjadi lantaran komputer dapat mengatur maju maupun mundur waktu pengapian jika terdeteksi akan terjadi knocking berlebihan, meski hal ini tetap ada batas toleransinya.
>>> Temukan tips pengemudian dari Cintamobil.com lainnya di sini
Mesin dengan sistem induksi udara paksa alias turbo, baiknya menggunakan BBM oktan yang sesuai
Belum lagi mesin modern dan berturbo saat ini sudah dilengkapi dengan teknologi direct injection. Dengan penempatan injektor langsung di dalam ruang bakar mesin, otomatis saat mesin melakukan langkah kompresi, hanya udara saja yang dipampatkan alias ditekan. Karena sudah tak ada lagi BBM, secara otomatis tak akan terjadi knocking sebab BBM baru disemprotkan sesaat sebelum busi dipercikan. Jadi komputer hanya tinggal bertugas untuk menyesuaikan waktu semprotan agar gejala knocking tidak terjadi.
Tidak hanya di jalur tol, sepanjang pengetesan kami juga menyusuri jalan yang padat khas mudik lebaran
Namun, justru yang dikhawatirkan dengan mesin modern pakai BBM dengan oktan rendah adalah kadar sulfurnya. BBM dengan oktan rendah dikhawatirkan sulfurnya tinggi, sulfur yang pekat dapat menyumbat injektor sehingga berpotensi membuat mesin mobil mogok. As info saja, mesin modern saat ini umumnya memiliki lubang injektor yang sangat halus dan bertekanan tinggi agar bahan bakar dapat menjadi kabut sehingga lebih mudah terbakar. So, kesimpulannya meskipun mobil berteknologi tinggi dan berturbo sekalipun diisi BBM dengan oktan rendah itu aman, namun untuk penggunaan jangka panjang sebaiknya hal ini tidak dilakukan.
>>> Tips dan trik seputar otomotif lainnya bisa ditemukan disini