
Penggerak roda depan kian diminati para produsen untuk disematkan pada Low MPV. Terbaru ada pada Toyota Avanza, Veloz, dan Daihatsu Xenia. Meski begitu, stigma negatif terhadap mobil FWD masih tetap bermunculan.
Persepsi umum konsumen di Indonesia, mobil penggerak roda belakang lebih berdaya dalam melahap medan-medan tanjakan ekstrem daripada mobil berpenggerak roda depan. Padahal, sistem penggerak ini juga memiliki banyak kelebihan yang justru sering diabaikan.
Kelebihan Sistem Penggerak FWD
Tentu penggunaan sistem penggerak ini sudah melalui berbagai pertimbangan dengan proses R&D (research and development) yang cukup panjang. Pemilihan FWD seperti pada Mitsubishi Xpander memiliki keunggulan rangkaian komponen yang jauh lebih ringkas, karena tidak lagi menggunakan kopel seperti mobil-mobil penggerak roda belakang (RWD).
>>> Review Mitsubishi Xpander 2022: Revisi Demi Gempuran sang Rival
Dengan penggerak FWD, pabrikan bisa memaksimalkan ruang di dalam kabin dengan lebih baik
Dengan absennya kopel, kabin mobil bisa didesain secara optimal untuk memiliki kelegaan yang baik dengan ruang kaki lebih luas serta tempat penyimpanan yang lebih banyak dan lebih besar.
Selain itu, mobil FWD juga lebih efisien dibanding mobil RWD dengan mesin yang sama karena powertrain loss yang jauh lebih kecil dengan jumlah komponen yang lebih sedikit dalam mentransfer tenaga dari mesin hingga ke roda.
Namun, tak bisa dipungkiri bahwa sistem penggerak roda belakang jauh lebih berdaya saat melewati medan-medan jalanan yang berat termasuk tanjakan ekstrem. Yang perlu digaris bawahi, tidak lebih berdaya bukan berarti tidak sanggup.
Tidak berdaya bukan berarti tidak bisa bukan?
Kenyataannya, kami sudah melakukan pengetesan secara langsung untuk melihat kemampuan Mitsubishi Xpander dengan penggerak roda depan dan transmisi saat melewati tanjakan ekstrem.
>>> Mobil FWD Gagal Nanjak, Mungkin Ini Penyebabnya
Pembuktian Mitsubishi Xpander
Kami membawa Mitsubishi Xpander untuk menghadapi tanjakan yang memiliki derajat kemiringan 19 - 21 derajat dengan gradien 23%. Sebagai gambaran, mayoritas tanjakan di sekitar Jakarta hanya memiliki derajat kemiringan 10 - 15 derajat, artinya tanjakan ini cukup ekstrem dan akan jarang Anda temui saat berkendara sehari-hari.
Untuk mengujinya, kami membawa personel enam orang dengan berat total lebih dari 450 kilogram. Jika mayoritas masyarakat Indonesia memiliki bobot 60 - 70 kilogram, artinya bobot tersebut sudah cukup mensimulasikan mobil yang diisi oleh tujuh penumpang dengan berat normal.
Xpander bisa melewati tanjakan tanpa banyak 'drama'
Selama pengujian, Xpander mampu mengolah tenaga dan traksi yang tersedia dengan sangat baik untuk bisa menanjak tanpa masalah yang berarti. Itu didukung oleh kinerja sistem penggerak FWD, transmisi CVT, serta kontrol traksi yang tersemat pada mobil ini.
Dengan ini, Mitsubishi Xpander terbukti mampu mematahkan stigma negatif terhadap penggerak FWD yang kerap dicap tak berdaya di tanjakan ekstrem.