
Insiden ini terjadi di Jalan Soekarno-Hatta, Simpang Muara Rapak, Kecamatan Balikpapan Utara, Kota Balikpapan, Kalimantan Timur. Kecelakaan maut bermula saat sebuah truk tronton gagal memperlambat lajunya di traffic light persimpangan.
Berdasarkan laporan dari pihak kepolisian setempat, ada enam mobil dan 14 sepeda motor yang terlibat dalam kecelakaan beruntun tersebut. Dalam insiden ini sebanyak lima orang meninggal dunia, satu orang kritis dan 13 orang luka ringan.
Diduga Akibat Rem Blong
Tim TAA (Traffic Accident Analysis) Korps Lalu Lintas Polri langsung diturunkan untuk memastikan penyebab terjadinya kecelakaan tersebut secara ilmiah. Namun, dugaan sementara menyebutkan bahwa truk tronton dengan nomor polisi KT 8534 AJ itu mengalami kegagalan sistem pengereman atau rem blong.
Dalam video CCTV yang beredar, terlihat truk meluncur dari arah belakang dengan kecepatan tinggi
"Dari arah belakang meluncur truk tronton. Truk itu mengalami rem blong, sehingga menabrak menyeruduk kendaraan di depannya yang berhenti di lampu merah," ungkap Kabid Humas Polda Kaltim Kombes Yusuf Sutejo.
>>> Bagian Ban Dan Rem Ini Harus Dicek Supir Truk Sebelum Jalan
Para korban yang terlibat dalam kecelakaan ini langsung dilarikan ke sejumlah rumah sakit yang menjadi rujukan. Sementara sopir bernama M. Ali yang mengemudikan truk itu saat ini sedang diperiksa oleh kepolisian di Polresta Balikpapan.
Kombes Yusuf Sutejo menyebut setidaknya ada 2 pelanggaran yang dilakukan oleh sopir truk yang mengakibatkan insiden maut ini. Yang pertama adalah Peraturan Walikota Balikpapan (Perwali) yang melarang truk melintas di Simpang Rapak pada jam kerja atau jam sibuk. Kedua, sang sopir lalai memeriksa kelayakan truk kontainer yang ia kemudikan sebelum berjalan.
Truk tronton yang dikendarai M. Ali sudah diamankan
Truk tronton yang dikemudikan M. Ali bermuatan kapur pembersih air dengan berat 20 ton yang hendak diantar ke Kampung Baru, Balikpapan Barat.
>>> KNKT: Ternyata Banyak Supir Truk Mengakali Truknya
80% Kasus Rem Blong Terjadi Karena Kesalahan Sopir
Senior Investigator Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), Ahmad Wildan mengungkap 80% rem blong saat kecelakaan truk dan bus disebabkan oleh minimnya keahlian sang sopir.
"80% rem blong pada bus dan truk penyebabnya adalah brake fading atau kampas yang mengalami overheat. Ini bukan masalah teknologi kendaraan bermotor, ini adalah skill-based error, error yang disebabkan unskill daripada pengemudinya, 20 persen baru malfunction kendaraan bermotor," jelas Wildan dalam sebuah webinar.
Wildan menjelaskan 90% persen kecelakaan rem blong pada bus dan truk itu terjadi di jalan menurun. Saat melintas di jalanan menurun maka kendaraan memiliki energi potensial dan juga energi kinetik. Seiring dengan menurunnya jalan, kedua energi tersebut kian membesar.
Ketika pengemudi berusaha menghentikan kendaraannya yang sedang meluncur dari atas, maka akan berlaku hukum thermodinamika. Bahwa tidak ada energi yang hilang, energi hanya akan berubah bentuk, energi potensial dan energi kinetik akan berubah menjadi energi kalor atau energi panas yang bertumpu pada pusat pengereman yaitu tromol dan kampas.
Kebanyakan sopir truk dan bus di Indonesia masih gagap saat menghadapi fenomena brake fading
Saat terjadi rem blong masalahnya bukan pada gaya pengereman tapi masalahnya ada didisipasi panas. Seberapa besar kemampuan kampas rem menahan, menanggung kampas yang dihasilkan menanggung panas yang dihasilkan perubahan dua energi tadi. Ketika kampas mampu menahan, maka dia lolos, selamat. Tapi ketika dia tidak mampu, panas berlebih maka akan jadilah yang disebut brake fading.
Brake fading merupakan fenomena kampas rem mengalami overheat akibat rem pedal dipaksa bekerja maksimal. Ketika kampas rem panas, permukaannya menjadi licin seperti kaca. Kampas menempel tromol, tapi roda terus berputar. Rem blong juga bisa terjadi karena pengemudi mengocok rem saat terjadi brakefading sehingga pedal rem rem dan pedal kopling menjadi keras saat tekanan kurang dari 6 bar.
Ini menjadi alasan mengapa banyak kecelakaan truk terjadi di jalan menurun
Belum habis sampai di situ. Ketidakmampuan sopir dalam mengemudi membuatnya melakukan kesalahan lagi. Biasanya mereka memindahkan gigi dari tinggi ke rendah dan berakhir di gigi netral. Ini lantaran pedal kopling tidak bisa diinjak dan Syncromesh tidak mampu bekerja karena adanya perbedaan yang tinggi pada putaran mesin yang dipaksa masuk ke putaran rendah. Upaya selanjutnya yang biasa dilakukan sopir bus dan truk saat rem blong adalah menarik hand brake, padahal itu sia-sia.
>>> Temukan Pilihan Mobil Bekas dengan Harga Menarik di Sini
"Ketika panik, dia mencoba melakukan kesalahan ketiga memindahkan gigi tinggi ke rendah, otomatis masuk ke gigi netral. Itu adalah teknologi otomotif yang dipersiapkan untuk melindungi mesin agar tidak rompal. Upaya terakhir mereka menarik hand brake, percuma masalahnya kampas sudah menjadi licin seperti kaca," tutup Wildan.