Williams F1 belum menyerah dengan keadaan finansial yang membuatnya jadi tim papan bawah selama dua tahun terakhir. Justru angin perubahan sedang berhembus ke skuat yang bermakas di Grove, Oxfordshire itu.
Bulan lalu, Williams Grand Prix Engineering dijual ke perusahaan investasi Dorilton Capital. Hal ini langsung berdampak ke struktur organisasi tim, di mana Claire Williams, anak dari pendiri tim, Frank , mundur dari posisinya sebagai tim principal setelah balapan akhir pekan di Monza ini.
Kurangnya finansial membuat Williams sulit berbicara banyak musim ini
Bagi sebagian orang, ini adalah peristiwa yang tidak penting-penting amat. Mengingat saat ini Williams F1 cuma sekadar pengisi grid saja, bahkan kesulitan untuk sekadar mencetak poin selama beberapa tahun terakhir. Tragis memang, apalagi jika kita menilik sejarah tim yang penuh prestasi dengan total 16 gelar juara dunia (7 pembalap dan 9 konstruktor), dan 114 kemenangan sejak debut tahun 1977.
Namun Williams F1 lebih dari itu, tim ini merupakan satu-satunya tim Formula 1 tradisional yang dijalankan oleh sebuah keluarga yang masih beroperasi saat ini. Maka tak heran, mundurnya keluarga Williams dari tim menjadi akhir dari sebuah era di ajang jet darat.
Williams jadi satu-satunya tim tradisional F1 yang masih dijalankan oleh keluarga
Mahalnya biaya development mobil, kontrak pembalap, dan operasional tim per musim cukup sulit diemban tim balap tradisional seperti Williams F1. Oleh karena itu, perubahan tim ke arah korporasi sudah tidak bisa dihindarkan agar tetap kompetitif.
Seperti dijelaskan di atas, Williams F1 sudah mengecap banyak sekali kesuksesan di ajang jet darat. Di masa jayanya, tim ini juga dianggap sebagai tim paling revolusioner dengan mobil yang sangat dominan.
Bagaimana lika-liku perjalanan tim yang didirikan Frank Williams itu? Simak sejarah Williams F1 yang telah disusun oleh redaksi Cintamobil.com berikut ini.
Ambisi Frank Williams
Sejarah Williams F1 tentu tak bisa terlepas dari sang pendiri, Frank Williams, yang mendirikan Frank Williams Racing Cars tahun 1966 saat umurnya masih 24 tahun. Bersama pembalap Piers Courage, Williams menurunkan mobil di ajang Formula 2 dan Formula 3 sebelum membeli sasis F1 Brabham dan masuk Formula 1 tahun 1969 sebagai tim privateer, bukan konstruktor. Di tahun ini, Courage mencatatkan tiga kali podium kedua.
>>> Jual mobil bekas & Baru terbaik dan termurah
Frank Williams sudah berkecimpung di dunia balap formula sejak tahun 1960-an
Frank jatuh bangun mempertahankan tim dengan finansial seadanya sebelum Miliuner asal Kanada, Walter Wolf (bukan Lawrence Stroll loh) mendanai Williams F1 tahun 1976. Namun, hal ini justru membuatnya keluar dari tim yang dibangunnya tahun 1977, yang berganti nama jadi Walter Wolf Racing.
Williams F1 lahir dengan kolaborasi bersama teknisi muda berbakat Patrick Head
Namun Frank tak kehabisan asa, dia langsung mendirikan tim baru yakni Williams Grand Prix Engineering. Dengan Patrick Head jadi salah satu karyawan pertama, dan jadi figur penting bagi tim selama hampir 30 tahun. Memasuki tahun kedua tim di 1978, Williams F1 resmi jadi konstruktor dengan mobil pertama FW06 yang dirancang oleh Patrick Head. Alan Jones jadi pembalap pertama tim dengan menorehkan satu podium di Amerika Serikat.
Di akhir tahun tersebut, Frank Dernie bergabung untuk membantu Head di divisi desain. Di tangan Dernie, Williams F1 langsung unjuk gigi di tahun 1979 lewat lima kemenangan menggunakan sasis baru FW07, empat dari Jones dan satu lagi dari pembalap baru Clay Regazonni. Satu tahun berselang, gelar konstruktor pertama didapat dan Jones muncul sebagai juara dunia 1980 berkat pengembangan sasis FW07B yang dapat memaksimalkan teknologi ground effect.
Williams meraih double gelar konstruktor-pembalap tahun 1980 dengan sasis FW07
Sasis ini terbukti cukup sukses dengan tambahan satu gelar kosntruktor (1981) dan gelar pembalap lewat Keke Rosberg (1982). Namun di tahun 1983, mesin Cosworth DFV yang dipakai sudah sangat usang dibanding mesin V6 turbo, Williams F1 mengambil langkah cepat dengan menggandeng Honda sebagai pemasok mesin.
Dominasi, inovasi dan tragedi
Setelah melalui proses pengembangan, akhirnya Williams F1 kembali kompetitif tahun 1986 dengan sasis FW11 dan duet pembalap ultra-kompetitif Nigel Mansell dan Nelson Piquet. Namun Frank mengalami kecelakaan parah jelang musim 1986 bergulir, sangat parah bahkan ia sampai lumpuh dari dada ke bawah, dan absen sepanjang tahun.
>>> Berita pasar mobil terbaru 2020 di Indonesia
Williams F1 terhitung sukses besar sepanjang musim 1986, total 9 kemenangan ditorehkan Mansell (5) dan Piquet (4), dan mengamankan gelar konstruktor ketiga dengan 141 poin. Namun, konflik pembalap yang cukup panas sepanjang musim, dan nasib buruk Mansell di balapan terakhir, GP Australia memupus peluang double dengan Alain Prost keluar sebagai juara dunia pembalap.
Williams mengecap kesuksesan di musim 1986 dengan sasis FW11
Tahun berikutnya, Williams berhasil mengawinkan gelar pembalap dan konstruktor untuk kedua kalinya setelah 1981 di mana Piquet jadi juara dunia meski cuma meraih tiga kemenangan. Namun, akhir tahun 1987 Honda membelot ke rival McLaren untuk musim 1988, dan Piquet yang pindah ke Lotus. Kehilangan dua pilar penting tim, Williams tak bisa berbuat banyak sepanjang 1988.
Untungnya, Williams kembali mendapat pasokan mesin kompetitif, kali ini dari Renault mulai 1989. Di saat yang hampir bersamaan, datang dua figur penting yakni Adrian Newey dan Paddy Lowe. Kedatangan dua sosok muda bertalenta membuat Williams jadi tim paling inovatif di tahun 1990-an awal, yang terkenal sebagai era paling canggih dan penuh inovasi liar sepanjang sejarah Formula 1.
Williams FW14B mencatatkan 15 pole dari 16 balapan musim 1992
Bagaimana tidak, teknologi seperti Anti-lock Braking System, Traction Control, power steering, semi-automatic transmision, sampai transmisi Continously Variable Transmission (CVT) semua dicoba oleh Williams. Mobil paling terkenal di era ini adalah Williams FW14B, yang memenangi 10 balapan dan 15 pole dari 16 balapan sepanjang musim 1992 dengan Mansell muncul sebagai juara dunia. Siapa sangka tim yang saat ini kesulitan meraih poin pernah jadi tim yang sangat mendominasi?
Detail komponen active suspension yang ada di Williams FW14B
Namun, dominasi tersebut berubah menjadi tragedi dua tahun berselang. FIA melarang penggunaan teknologi seperti active suspension, traction control, dan ABS mulai musim 1994. Alhasil, FW16 yang dikembangkan sebelum regulasi keluar jadi sulit dikemudikan tanpa teknologi tersebut. Di saat bersamaan, Williams mengontrak pembalap bintang Ayrton Senna untuk menggantikan Prost yang pensiun. Senna meraih tiga pole di tiga balapan awal, namun gagal finis di ketiga balapan awal musim 1994.
Ayrton Senna saat membela Williams F1 musim 1994
Puncaknya terjadi di GP San Marino, Senna mengalami kecelakaan fatal di mana Williams FW14 milik tiga kali juara dunia itu tak bisa berbelok dan menabrak tembok di kecepatan tinggi, nyawanya tak terselamatkan. Tragedi ini juga berbuntut panjang, pengadilan Italia menuntut Williams F1 dengan dakwaan pembunuhan Senna, kasusnya baru tuntas tahun 2005.
Williams mengenang pembalap bintangnya dengan menyisipkan logo Senna di tiap mobil balapnya
Williams F1 segera bangkit dari tragedi dan menuntaskan musim 1994 dengan gelar konstruktor. Damon Hill juga terlibat dalam persaingan untuk gelar pembalap melawan Michael Schumacher, yang berlangsung sampai akhir musim. Dua gelar konstruktor dan pembalap tambahan didapat tahun 1996 lewat Hill dan 1997 melalui Jacques Villeneuve. Namun, torehan tersebut jadi yang terakhir bagi tim yang berbasis di Grove sampai saat ini.
Kolaborasi dengan BMW, penurunan performa
Akhir tahun 1996, Newey meninggalkan Williams menuju McLaren. Satu musim berselang, giliran Renault yang tak lagi jadi pemasok mesin. Tapi tim langsung bereaksi dengan menggandeng BMW sebagai partner baru mulai tahun 2000.
Jacques Villeneuve jadi juara dunia terakhir Williams tahun 1997
Namun, Williams F1 tak bisa menemukan sosok sepadan sebagai suksesor Newey. Alhasil, mobil yang dibuat tak bisa memaksimalkan potensi mesin BMW yang saat itu diklaim sebagai mesin paling bertenaga. Kolaborasi Williams-BMW antara 2000-2005 cuma menghasilkan 10 kemenangan saja.
Williams cuma meraih total 10 kemenangan bersama BMW
Setelah berpisah dengan BMW, Williams berganti-ganti mesin mulai dari Cosworth (2006), Toyota (2007-2009), kembali ke Cosworth (2010-2011), dan Renault (2012-2013). Dan dalam kurun waktu tersebut Williams tak pernah menembus tiga besar klasemen konstruktor, dan cuma tiga kali naik podium dengan satu kemenangan.
Kemenangan terakhir Williams di GP Spanyol 2012 bersama Pastor Maldonado
Adalah Pastor Maldonado yang jadi pembalap terakhir yang membawa panji-panji Williams F1 berada di puncak podium saat menang di F1 GP Spanyol 2012, yang menuntaskan paceklik kemenangan 8 tahun sejak Juan Pablo Montoya finis pertama di GP Brazil 2004.
Akhir dari sebuah era
Seiring dengan anjloknya prestasi Williams, uang sponsor yang didapat tim juga jauh menurun yang pada akhirnya berdampak ke development mobil. Namun, harapan baru muncul memasuki era baru Formula 1 hybrid tahun 2014.
Perorma Williams sempat terangkat di era hybrid berkat mesin Mercedes dan sokongan dana Martini
Williams menggandeng Mercedes-AMG sebagai penyedia powertrain, di saat bersamaan muncul juga Martini sebagai sponsor utama. Performa tim pun secara instan terkerek dengan menempati posisi ketiga klasemen tahun 2014-2015. Sayangnya, Williams F1 tak mampu memaksimalkan momentum tersebut.
Perlahan namun pasti, performa tim kembali menurun dan puncaknya di tahun 2019. Progress development mobil FW41 yang dipakai untuk musim itu sama sekali tak ideal. Bahkan, mobil belum sepenuhnya siap pada tes musim dingin pertama, yang mana mobil baru jalan di hari ketiga tes.
Bisa ditebak, performa tim berada di titik terendahnya di tahun 2019. Duet George Russell dan Robert Kubica pun tak bisa berbuat banyak dengan cuma menorehkan satu poin di GP Jerman, belum pernah Williams F1 ada di posisi separah ini.
Sepanjang tahun 2019, Williams cuma mampu mendulang satu poin
Pandemi Covid-19 juga membuat kondisi tim semakin tak tertolong. Mengalami kerugian sebesar 13 juta Pound (setara Rp 254 triliun) sepanjang 2019, tak ada jalan lain untuk menyelamatkan tim F1 legendaris ini dengan melego tim ini ke pihak dengan kekuatan finansial lebih baik.
Dan seperti kita ketahui, Williams F1 telah diakuisisi korporasi yang menandakan akhir dari sebuah era. Di mana perlahan namun pasti, tim balap tradisional harus beradaptasi untuk tetap kompetitif di industri balap yang sangat mahal. Untungnya, Dorilton sebagai pemilik baru setuju untuk mempertahankan nama tim dan penamaan sasis, yang berarti warisan dari tim F1 legendaris ini akan tetap terjaga.
>>> Berita mobil baru, event, promosi, informasi pasar mobil baru 2020