Bisnis General Motors (GM) di kawasan Asia mengalami turbulensi. Penjualan yang diharapkan melejit sebagaimana di negara asalnya tidak tercapai. GM harus mengakui keunggulan merek Jepang, merek Eropa hingga merek China. Hal ini pula yang mendorong GM mengambil langkah-langkah strategis agar bisnisnya tetap berjalan dan aset-asetnya tetap produktif.
Dalam beberapa waktu terakhir GM membuat keputusan-keputusan mengejutkan. Oktober 2019 GM secara resmi mengumumkan penguduran diri dari Indonesia yang akan dimulai pada akhir Maret 2020. Hal ini didorong hasil yang kurang memenuhi ekspektasi.
General Motors mengalami turbulensi di kawasan Asia Tenggara
>>> General Motors Menyerah, Ini Data Penjualan Chevrolet di Indonesia
“Di Indonesia, kami tidak memiliki segmen pasar otomotif yang dapat memberikan keuntungan berkesinambungan. Faktor-faktor ini juga membuat kegiatan-kegiatan operasional kami menjadi semakin terpengaruh oleh faktor-faktor yang lebih luas di Indonesia, seperti pelemahan harga komoditas dan tekanan mata uang asing.” tutur Hector Villarreal, President GM Asia Tenggara dalam keterangan resminya, (28/10/2019) lalu.
Belum terealisasi keputusan di atas, GM kembali mengumumkan rencana mengejutkan, yaitu mengundurkan diri dari pasar Thailand dengan alasan yang sama seperti Indonesia, gagal bersaing. Rencana ini merupakan rangkaian dari rencana GM menghentikan operasinya di tiga lokasi yaitu Australia dan Selandia Baru untuk merek Holden pada 2021, serta Thailand pada akhir 2020 untuk merek Chevrolet.
>>> Review Chevrolet Colorado High Country Storm 2019
GM berhenti beroperasi di Thailand pada akhir 2020
>>> Hindari Wabah Coronavirus, GM dan Ford Batasi Perjalanan ke China
GM bakal melakukannya secara total, tidak hanya menghentikan penjualan, tapi bahkan akan menjual pabriknya di Rayong Thailand tempat dimana Chevrolet dan Honden diproduksi. Seluruh fasilitas manufaktur di pabrik tersebut sepakat bakal dibeli raksasa otomotif asal China, Great Wall Motors (GMW).
"GM telah mengevaluasi banyak opsi untuk mempertahankan Chevrolet di pasar Thailand. Tetapi kenyataannya adalah Chevrolet tidak dapat bersaing di pasar mobil Thailand sama sekali, " tutur Andy Dunstan, Chairman of Strategic Marketing GM International Partner and Distributor Operations, dalam keterangan resminya.
Satu yang tidak akan dihentikan sebagaimana di Indonesia, GM tetap memberikan jaminan layanan purna jual kepada para konsumennya berupa perawatan berkala dan ketersediaan suku cadang. Juga apabila ada hal-hal yang berkaitan dengan keselamatan seperti recall, GM akan tetap melayani sesuai regulasi dari pemerintah setempat.
Sedangkan kepada karyawan yang memutuskan berhenti di masa transisi seiring berhentinya aktifitas produksi dan penjualan, GM tetap akan memberikan kompensasi sesuai regulasi.
>>> Fitur Terbaru Chevrolet Captiva 2019, SUV Megah yang Tak Bisa Dimiliki
Pabrik GM di Rayong Thailand dijual kepada Great Wall Motors (GMW)
"GM sangat menyadari dampaknya terhadap karyawan dan mitra kami dari keputusan ini. Kami berkomitmen untuk memperlakukan karyawan, mitra, dan mereka yang terlibat dalam bisnis kami dengan rasa hormat sepanjang waktu."kata Andy.
Sebagai tambahan, General Motors (GM) memulai operasinya di Thailand pada tahun 2000. Operasional perusahaan di Thailand meliputi pabrik perakitan dan powertrain GM Thailand di Rayong dan Chevrolet Sales Thailand.