Kehadiran mobil listrik di Indonesia sudah sangat dinanti banyak orang. Terutama karena mereka berharap mobil ini benar-benar jadi solusi mengurangi tingkat polusi yang disebabkan asap kendaraan berbahan bakar konvensional, juga mengurangi penggunaan sumber daya alam yang tak bisa diperbaharui seperti minyak bumi.
Mobil listrik digadang jadi solusi mengurangi pencemaran
Sayang, untuk mewujudkan hal tersebut bukan perkara mudah. Selain soal regulasi yang hingga kini sangat dinanti pengesahannya, ada banyak hal yang harus dilewati sampai mobil ini benar-benar menjadi produk massal dan digunakan secara massal pula oleh masyarakat.
>>> Ingin membeli mobil bekas? Dapatkan daftar lengkapnya hanya di sini
Menurut Product Manager Jaguar Land Rover Indonesia, Tommy Handoko soal mobil listrik bukan hanya soal produksi saja karena masing-masing pabrikan sudah memiliki rancangannya sendiri, tapi ada hal lain yang juga harus dipikirkan. Setidaknya ada 2 tantangan yang harus dihadapi.
Pertama: Kesiapan infrastruktur agar populasi kendaraan tetap terjaga bahkan meningkat. Yang paling penting tentu charging station atau tempat pengisian daya listrik sebab tidak mungkin mobil listrik jadi pilihan jika tidak dilengkapi tempat pengisian yang layak, mudah, dan murah. Untuk masalah yang satu ini (charging station) menurut Tommy harusnya bukan jadi tanggung jawab produsen mobil. Tapi pihak lain yang memang spesialis charging station sehingga pabrikan tinggal fokus pada pengembangan produk.
"Memang semua, Jaguar Land Rover ke depan dan semua brand tak bisa menghindar dari elektrifikasi, Tantangannya di Indonesia pertama infrastruktur," kata Tommy. "Itu bukan tanggung jawab brand untuk buat charging station. Kita buat mobil, bukan charging station. Kita harus kolaborasi dengan partner yang fokus dan spesialisasi charging station," sambungnya.
>>> Perpres Mobil Listrik Segera Terbit, Ini Tanggapan Toyota
Tanpa infrastruktur memadai, mobil listrik tidak akan diminati
Kedua; Pengolahan limbah baterai. Dengan populasi yang makin meningkat mau tidak mau harus ada solusi terkait limbah baterai mobil listrik. Saat ini mungkin belum terasa, tapi dalam waktu 8-10 tahun mendatang dimana baterai mobil harus diganti bisa jadi masalah serius bagi lingkungan jika tidak dipikirkan solusinya dari sekarang.
"Kedua, bukan hal yang terjadi sekarang tapi masa depan yaitu waste baterai bagaimana. Gaikindo mungkin prediksi satu juta unit mobil elektrik pada tahun pertama penjualan di Indonesia. Baterai itu sendiri bisa bertahan 8-10 tahun jadi bisa bayangkan satu juta limbah baterai 8-10 tahun ke depan harus dibuang dan harus ke mana. ini harus dipikirkan bersama tidak hanya kita sebagai manufaktur," jelas Tommy.
"Kita nggak mau baterai ini jadi kaya plastik. Contoh konkrit di Eropa, Belanda sudah mulai menggunakan waste baterai diolah kembali untuk power stadion bola. Jadi baterai sisa bisa dipakai dengan diturunkan gradenya beda dengan mobil yang harus safe. Itu salah satu cara perpanjang umur baterai itu sendiri," sambungnya memberi gambaran.
>>> Pertimbangkan 10 Hal Ini Sebelum Memutuskan Membeli Mobil Listrik
Harus dipikirkan solusinya agar baterai bekas tak jadi polusi
>>> Ikuti terus berita otomotif terupdate dan terlengkap hanya di situs Cintamobil.com