
Selama masa pemerintahan presiden Joko Widodo pada tahun 2014, terjadi beberapa kali kenaikan dan penurunan harga BBM. Tapi ternyata, perubahan dan kenaikan harga BBM tak begitu memiliki dampak signifikan terhadap penjualan mobil di Indonesia.
Kenaikan BBM di era Jokowi
Di awal masa pemerintahannya, presiden Jokowi memerintahkan kenaikan harga premium dan solar pada tahun 2014. Dimana Premium naik menjadi Rp8.500 per liter dan solar menjadi Rp7.500 per liter. Harga Premium turun menjadi Rp6.600 per liter dan Solar Rp6.400 per liter pada Januari 2015.
>>> Pilih mobil baru dan mobil bekas terbaik hanya di sini
Pemerintah Jokowi telah beberapa kali menaikan harga BBM
Tapi dua bulan setelahnya, Jokowi kembali menaikan harga Premium menjadi Rp7.300 per liter dan Solar Rp6.900 per liter. Harga ini kembali turun pada Januari 2016 menjadi Rp6.600 per liter untuk Premium dan Rp6.400 per liter untuk Solar.
Untuk Pertalite, ternyata pemerintahan Jokowi telah melakukan kenaikan selama tiga kali, yaitu pada Januari 2018 menjadi Rp7.600 per liter, dan naik Rp200 per liter pada bulan Maret 2018. Kenaikan harga Pertalite pun terjadi secara signifikan pada bulan September ini menjadi Rp10.000 per liter.
>>> Harga Mobil Baru Naik Hingga 63% Sejak 2015
Tak memiliki dampak signifikan
Ketika berbincang-bincang bersama media, Esther Tri Astuti selaku Program Director Institute For Development of Economics and Finance (INDEF) mengungkapkan dampak dari kenaikan harga bahan bakar terhadap penjualan mobil selama masa kepemimpinan presiden Jokowi.
Dalam paparannya, Esther menjelaskan bahwa harga BBM tak memiliki dampak yang signifikan. Karena faktor tersebut tidak mempengaruhi secara langsung penjualan kendaraan, baik roda dua maupun roda empat.
Harga BBM ternyata tak berpengaruh signifikan terhadap penjualan mobil
“Saya yakin untuk tahun 2022, meskipun ada kenaikan harga BBM, ini tidak terlalu berpengaruh (pada penjualan), gitu. Satu-satunya yang berpengaruh untuk penjualan mobil ataupun motor, itu ya pandemi, krisis, atau kebijakan fiskal atau kebijakan moneter yang memang berkaitan dengan penjualan motor dan penjualan mobil,” terangnya.
Lebih lanjut, Esther mengungkapkan beberapa faktor yang mempengaruhi penjualan mobil seperti pajak bagi konsumen sebagai contoh kebijakan fiskal, peningkatan suku bunga untuk kebijakan moneter, maupun proses kredit yang dipersulit.
“Tapi untuk kenaikan harga BBM sama sekali tidak berpengaruh,” tutupnya.
>>> Fokus ke Emisi Euro IV, Pemerintah Bakal Hapus Pertalite dan Pertamax?