Seberapa Amankah Teknologi Self-Driving untuk Jalanan Saat ini?

27/03/2018

Pasar mobil
Share this post:
Seberapa Amankah Teknologi Self-Driving untuk Jalanan Saat ini?
Uber menangguhkan semua percobaan dan uji coba mobil otonom setelah kecelakaan fatal di Arizona minggu lalu. Kecelakaan ini bukan kali pertama mobil otonom memakan korban. Setelah itu, banyak pihak yang akhirnya skeptis dengan seberapa aman mobil otonom untuk jalan raya.

Banyak pihak yang meragukan bagaimana sebuah mobil bisa bergerak otomatis dari satu tempat ke tempat lain dengan kecelakaan yang terjadi pada Uber. Rekaman video yang baru-baru ini dirilis oleh pihak kepolisian menunjukkan bagaimana mobil otonom Volvo XC90 melakukan pengereman dari percepatan 64 km/jam dan akhirnya menabrak seorang wanita yang sedang melintas.

Gambar yang menunjukan mobil otonom Volvo XC90 yang dikendarai Uber

Volvo XC90 yang mengalami kecelakaan di Arizona

Kecelakaan tersebut telah menghidupkan kembali perdebatan tentang kecepatan kendaraan otonom dan yang terpenting, resiko mobil otonom di jalan raya. Salah satu motivasi meningkatkan perjalanan menjadi semakin aman malah membuat kecelakaan yang disebabkan oleh kesalahan manusia.

Kecelakaan mobil otonom tidak hanya terjadi baru-baru ini. Pada tahun 2016, Tesla Model S yang sudah mendapatkan teknologi autopilot bertabrakan dengan sebuah truk di Florida, Amerika. Tanggapan dari perusahaan adalah bahwa driver Tesla sadar Model S masih dalam versi beta dan mereka masih menguji coba teknologi tersebut.

>>> Baca juga Cuaca menjadi masalah terbesar mobil otonom saat ini

Setiap negara menghadirkan hambatan baru: teknologi self-driving Volvo saat ini sedang berjuang untuk mengidentifikasi kangguru yang berjalan-jalan di Australia. Pembuat mobil asal Swedia ini menggunakan sistem Deteksi Hewan Besar untuk memantau jalan bagi rusa, dan karibu, tapi dikacaukan oleh kangguru yang memiliki pergerakan berbeda dari binatang lainnya.

Gambar yang menunjukan mobil yang sedang melaju di jalanan dengan kangguru di depan mobil

Volvo sedang mengembangkan sensor kangguru di Australia

Lalu, siapa yang mesti disalahkan jika tabrakan menyangkut mobil otonom terjadi: apakah pemilik mobil, programmer yang merancang perangkat lunak, pejalan kaki atau pengendara yang ditabrak, atau semuanya? Dengan pejalan kaki, pesepeda, pemotor, dan mobil lain berdesak-desakan di jalanan, bagaimana cara menghindari kecelakaan dengan mobil otonom?

>>> Baca juga berita pasar mobil lainnya disini

Produsen mobil dari Audi sampai Volvo yang sedang mengembangkan mobil self-driving memperkirakan industri ini akan meningkat ke pasar global senilai $ 42 Milliar ada 2025, prospek uang inilah yang menyebabkan banyak produsen terburu-buru mengeluarkan mobil otonom.

Analis teknologi self-driving yang membagi teknologi ini dari level 0 (tidak ada otomatisasi) sampai level 5 (otomatisasi penuh), memprediksi bahwa mobil tanpa pengemudi di level 3 tidak akan dipasarkan dalam 5 sampai 10 tahun ke depan. Sementara level 4 (otomatisasi penuh dengan beberapa keadaan) akan memakan waktu lebih dari 10 tahun.

Gambar yang menunjukan mobil yang sedang melaju dengan pengemudi yang sedang membaca buku

Teknologi self-driving mungkin masih butuh waktu 10 tahun lagi

Saat ini, teknologi self-driving masih membutuhkan manusia untuk pengoperasiannya. Dibutuhkan kerangka pengaturan yang kuat dan detail untuk mengelola perjalanan campuran antara pengemudi manusia dan mobil tanpa pengemudi. Untuk itu, teknologi mobil otonom masih membutuhkan penanganan yang menyeluruh agar kejadian yang tidak mengenakan ini tidak terulang kembali.

>>> Baca juga berita otomotif lainnya disini

Direktur & Publisher Cintamobil.com yang bergabung sejak 2018. Memiliki pengalaman 20 tahun di industri media otomotif dengan hobi mengoleksi mobil-mobilan balap. Sepanjang karirnya Adit akrab dengan test drive di sirkuit-sirkuit teranama seperti Fiorano, Fuji, Shanghai, hingga Sepang. 
 
back to top