
2020 mungkin bukan tahun yang baik buat banyak pihak. Apalagi kalau bicara industri otomotif, yang amat terpukul dengan adanya pandemi corona. Begitu pula dengan pabrikan asal Jepang, Nissan.
Nissan yang masih dalam tahap pemulihan usai kasus yang menimpa sang mantan bos Carlos Ghosn harus juga dihadapkan dengan pandemi corona. Kini Nissan membutuhkan solusi yang cepat agar kondisi keuangannya bisa kembali seperti sedia kala.
>>> Dijual Tahun Depan, Nissan Note e-Power AWD Meluncur di Jepang
Punya Terlalu Banyak Model
Chief Operating Officer Nissan Ashwani Gupta pun mengakui bahwa pihaknya sempat salah menyusun strategi saat berada di bawah kepemimpinan Ghosn. Produsen otomotif terbesar ketiga di Jepang itu menargetkan bisa mendapat 8% pangsa pasar global dan 8% margin keuntungan saat masih berada di bawah kepemimpinan Ghosn.
Ashwani Gupta (kiri) saat peluncuran Ariya
Nyatanya, pasar terus menurun dan Nissan hanya berhasil meraup pangsa pasar sebesar 5,8%, kehilangan biaya operasional 40 juta yen, serta merugi 671 juta yen pada tahun fiskal terakhirnya.
"Kami terlalu cepat berekspansi di dunia guna mengantisipasi pertumbuhan di pasar otomotif global dan performa penjualan kami bisa. Tapi itu semua tak terjadi," ungkap Gupta dalam wawancara dengan Car Magazine seperti dikutip Paultan, Rabu (30/12/2020).
"Walhasil, kami memiliki banyak mobil tua dan terlalu banyak model yang sulit kami kelola. Ini kembali soal prinsip bisnis, kalau kamu tidak mendapatkan keuntungan, maka tak akan ada mobil baru. Maka dari itu sesuai prinsip Nissan saat ini kami akan lebih rasional," sambung Gupta.
Hasilnya Nissan telah merilis sejumlah strategi di bawah Nissan Next. Gupta pun menjadi salah satu bagian yang menyusun strategi tersebut. Dalam strategi baru tersebut terlihat bahwa perusahaan sangat agresif melakukan pemangkasan biaya dengan menutup sejumlah pabrik di Spanyol dan Indonesia.
>>> Nissan Tutup Pabrik di Indonesia
Eropa Bukan Target Utama
Merek Datsun juga ditutup dan kini lebih mendekatkan diri dengan sang partner Renault. Tak cuma itu, pabrikan asal Negeri Sakura tersebut juga amat bergantung pada pasar dimana merek itu punya peminat yang banyak. Yang jelas Eropa bukan salah satunya.
Kini lebih mendekatkan diri ke Renault
"Amerika, China, dan Jepang merupakan pasar terbesar kami. Di AS, pangsa pasar kami lebih dari 7 persen, di Jepang dan China lebih dari 10 persen. Keuntungan? Ya, di China, Jepang, dan AS kami berpotensi untuk melakukannya," jelas Gupta.
"Total volume industri (Eropa) mencapai 15 juta unit. Bukan angka yang kecil, tapi pangsa pasar kami di sana hanya 2,5%. Kami tak bisa berbuat banyak jadi lebih baik fokus di tempat yang kami kuat. Di Eropa itu kami ada Qashqai, Juke, X-Trail. Kemudian dari sisi teknologi kami menawarkan elektrifikasi, otonom, dan kendaraan terhubung," kata Gupta.
>>> Nissan Siap Hadirkan 12 Model Baru Dalam 18 Bulan ke Depan