Satu kata ini—konservatif—mungkin sangat cocok untuk menggambarkan jawaban serta definisi untuk pertanyaan “seperti apakah gaya bisnis Toyota?” Ya Toyota memang konservatif. Coba kilas balik beberapa tahun belakangan saat pabrikan otomotif beramai-ramai “going electric”. Toyota tidak ikut-ikutan latah main mobil listrik dan melupakan mesin uangnya selama ini. Ya Toyota membuat mobil listrik namun tetap mempertahankan mobil konvensional dan mobil hybrid karena mesin uangnya dari segmen tersebut.
Pada sisi lain, Toyota yang pertama kali merilis mobil hybrid (Toyota Prius, 1997) yang dipandang sebagai jembatan untuk transisi dari mobil konvensional menuju mobil listrik. Nyatanya, pada hari ini mobil full listrik (BEV) masih menemui kendala. Begitu pula mobil konvensional belum sepenuhnya mati. Pada sisi lain, mobil hybrid juga masih terus diproduksi oleh sejumlah pabrikan otomotif. Tampaknya, Toyota sedang menentukan langkah yang cocok untuk mencapai “going carbon neutral” dan kemudian mencari “exit strategy” sebelum beralih sepenuhnya ke mobil listrik (BEV).
>>> Keuntungan dan Kerugian Menggunakan Mobil Listrik di Indonesia
Going Carbon Neutral
Untuk mencapai “going carbon neutral”, sejauh ini Toyota menempuh beberapa “rute” seperti hydrogen fuel cell vehicles (FCEV), hybrid, dan plug-in hybrid. Pada tahun 2030, Toyota berharap BEV dan FCEV akan menyumbang 15% dari total penjualan Toyota di Amerika Serikat. Terkait tahun 2030, sekitar 70% penjualan gabungan Toyota dan Lexus diharapkan akan berasal dari mobil elektrifikasi.
Toyota Ultra Compact BEV, salah satu cara Toyota untuk mencapai going carbon neutral
Lalu bagaimana dengan sisa 85% dan 30%? Berasal dari kontribusi penjualan mobil hybrid dan plug-in hybrid yang berarti mesin pembakaran dalam (ICE, internal combustion engine) masih tetap diperlukan. Itu sebabnya, Toyota bersikap mendua dalam hal penghapusan mesin pembakaran dalam. Terlebih Toyota berambisi menjual 8 juta unit mobil elektrifikasi secara global dalam waktu 9 tahun ke depan. Dan 2 juta unit (dari 8 juta unit tadi) berasal dari penjualan BEV dan PHEV.
Mobil Elektrifikasi
CEO Toyota, Akio Toyoda, baru-baru ini dihujani kritik oleh sejumlah lembaga investasi raksasa kelas global karena bersikap anti-EV. Mereka menekan Toyota agar segera ikut arus utama, main mobil listrik. Namun sebelum pertemuan para pemegang saham berlangsung bulan Juni 2021 mendatang, pada bulan Maret 2021 Toyota sudah mengirim direktur “Energy and Environmental Research”, Rober Wimmer, untuk bertemu dengan Senat Amerika Serikat terkait permintaan Presiden Joe Biden soal percepatan mobil listrik. Intinya, Rober Wimmer menjelaskan kalau Toyota butuh waktu lebih dari 14 tahun untuk mencapai status sebagai produsen 100% mobil listrik.
Toyota Mirai, salah satu mobil elektrifikasi dengan teknologi hydrogen fuel cell
Yang jelas, Toyota butuh waktu 20 tahun untuk menjual 4 juta unit mobil hybrid dan perlu waktu lebih lama lagi untuk menghapus mesin pembakaran dalam. Kalau mau jujur, sebenarnya Toyota melakukan langkah mengulur waktu supaya benar-benar siap ketika saatnya tiba untuk beralih menjadi produsen 100% mobil listrik. Faktanya? Toyota sudah punya prototipe mobil listrik murni dengan baterai solid state yang siap masuk pasar tahun 2025, belum lagi Toyota Mirai generasi kedua dengan teknologi hydrogen fuel cell. Jadi mari kita lihat langkah-langkah Toyota dalam beberapa waktu ke depan. So let’s see….
>>> Toyota Mulai Produksi Mobil Listrik Secara Lokal Tahun Depan