
Imbauan Pemerintah Pusat dan DKI Jakarta untuk bekerja di rumah atau Work For Home akhir bulan lalu membuat udara Jakarta bersih.Tetapi kemarin, berdasarkan data AirVisual, Rabu (15/4/2020) pukul 13.08 WIB, kondisi udara Jakarta lebih buruk dari akhir bulan lalu. Apakah ini berarti aktifitas kota Jakarta sudah kembali aktif?
>>> Dihantam Corona, Mercedes-Benz Berhasil Menjual 477.400 Mobil di Dunia
Kondisi udara Jakarta kembali memburuk!
Menurut lembaga pemeringkat kualitas udara AirVisual, kondisi udara Jakarta per Rabu (15/4/2020) pukul 13.08 WIB, menunjukkan udara Jakarta masuk kategori indikator moderate tidak sehat bagi kelompok sensitif atau berada di posisi ke 9 kota dengan tingkat polutan paling tinggi di dunia. Berdasarkan data Air Quality Index (AQI), tingkat polusi udara Jakarta siang kemarin berada di angka 149, dengan PM 2,5 di angka 55,3 µg/m³. Memburuknya kualitas udara di Jakarta apakah menjadi indikasi bahwa perkantoran justru sudah kembali aktif?
Sebelumnya akhir bulan lalu tepatnya (26/3/2020) saat banyak orang melakukan aktifitas tanpa keluar rumah menunjukkan udara Jakarta bersih, dengan indikator moderate atau sedang. Berdasarkan data Air Quality Index (AQI), tingkat polusi udara Jakarta berada di angka 75, dengan PM 2,5 di angka 23,6 µg/m³.
>>> Tak Usah Risau, Ini Cara Membersihkan Mesin Mobil Avanza Saat #DirumahAja
Sebelumnya kondisi udara di Jakarta masuk dalam kategori sedang atau baik
Untuk diketahui PM2.5 merupakan partikel yang mengambang di udara dengan ukuran diameter 2.5 mikrometer atau kurang. Ukuran PM2.5 sangat kecil hingga dapat diserap ke dalam aliran darah saat bernafas. Karena alasan ini, biasanya polutan ini memberikan ancaman kesehatan terbesar untuk tubuh makhluk hidup.
Wilayah metropolitan Jakarta yang membentang seluas 6.392 kilometer persegi, adalah rumah bagi lebih dari 30 juta penduduk, dan terus bertambah. Diperkirakan pada tahun 2030, Jakarta akan menjadi megacity terbesar di dunia dengan populasi sebanyak 35,6 juta. Perluasan kota tersebut dikhawatirkan nantinya akan meningkatkan kekhawatiran kualitas udara karena proyek-proyek konstruksi menghasilkan debu, dan pertumbuhan populasi menambah kemacetan lalu lintas dan konsumsi energi.