Melalui Peraturan Gubernur (Pergub) Nomor 3 Tahun 2020 yakni tentang Insentif Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Atas Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memberikan banyak insentif untuk kendaraan listrik yang teregistrasi di wilayah ibu kota. Diantaranya membebaskan dari pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBN-KB) dan mengecualikan dari sasaran tilang ganjil genap.
Pemprov DKI bebaskan pajak untuk kendaraan listrik
Pergub ini merupakan dukungan pemerintah ibu kota terhadap Peraturan Presiden No. 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (Battery Electric Vehicle) Untuk Transportasi Jalan yang disahkan pada Agustus 2019.
Khusus Kendaraan Listrik Murni
Insentif tersebut di atas hanya berlaku untuk kendaraan listrik murni atau full electric atau disebut juga BEV (Battery Electric Vehicle), baik mobil maupun sepeda motor. Hal ini perlu diketahui mengingat tidak semua kendaraan listrik adalah full electric. Seperti kendaraan HEV (Hybrid Electric Vehicle) dan PHEV (Plug-in Hybrid Electric Vehicle) kedua jenis kendaraan ini sama-sama menggunakan baterai listrik, tapi juga tidak sepenuhnya menggunakan motor listrik.
>>> Temukan banyak pilihan mobil bekas berkualitas di sini
Keduanya meski dibekali baterai diberlakukan sama seperti halnya kendaraan konvensional sebab masih menggunakan 'bantuan' bahan bakar konvensional. Pajak BBN-KB tetap 12,5%, tetap kena aturan ganjil genap, serta tidak diberi insentif yang lain. Lantas apa perbedaan mobil listrik tiga jenis di atas?
Perbedaan mobil listrik BEV, HEV dan PHEV
BEV (Battery Electric Vehicle)
Hyundai Kona Electric, tampilan lebih menggoda dari Kona biasa
Perbedaan mobil listrik BEV (Battery Electric Vehicle) dengan yang lain adalah yang paling mencolok. BEV disebut juga mobil listrik murni atau full electric. Mobil ini yang paling ramah lingkungan sebab sumber tenaganya hanya menggunakan baterai saja, bukan yang lain. Kekurangannya, karena hanya ditenagai baterai mobil BEV bergantung penuh pada stasiun pengisian, baik di rumah sendiri maupun di tempat pengisian listrik umum. Oleh karena itu dibutuhkan perhitungan yang tepat bagi pengemudi untuk jarak yang bisa ditempuh sesuai kapasitas daya yang tersisa, dari berangkat sampai kembali. Contoh mobil BEV yaitu Tesla semua model, Hyundai Ioniq, Hyundai Kona Electric, Nissan LEAF, BMW i3, KIA Niro EV, VW e-Golf, dan Jaguar i-Pace.
>>> Jadi Yang Pertama, Penjualan Nissan LEAF Melampaui 400.000 Unit
HEV (Hybrid Electric Vehicle)
Toyota paling banyak menjual mobil hybrid di Indonesia
Disebut juga mobil listrik, mobil HEV (Hybrid Electric Vehicle) masih bergantung pada bahan bakar konvensional karena masih menggunakan mesin konvensional. Mobil ini ditambahkan baterai dan motor listrik untuk mendapatkan efesiensi bahan bakar yang lebih besar serta mengurangi polusi yang dihasilkan dari pembakaran mesin konvensional.
Kelebihan dari mobil HEV selain hemat bahan bakar dua kali lipat dibanding mobil konvensional adalah tidak ribet harus mengisi ulang. Baterai HEV-nya tidak bisa dicas dengan colokan listrik tapi terisi ulang secara otomatis dari kinerja mesin dan pengereman.Contoh mobil HEV yang dipasarkan di Indonesia, yaitu Toyota Alphard Hybrid, Toyota C-HR Hybrid, Toyota Corolla Hybrid dan Camry Hybrid.
>>> Mengungkap Fitur Toyota Corolla Altis HEV, Sedan Ramah Lingkungan Toyota
PHEV (Plug-in Hybrid Electric Vehicle)
Mobil listrik PHEV, harga masih sangat mahal
Mobil listrik PHEV (Plug-in Hybrid Electric Vehicle) memiliki kinerja yang sama dengan mobil HEV (Hybrid Electric Vehicle), menggunakan baterai listrik dan masih menggunakan mesin konvensional dengan bahan bakar. Yang membedakan mobil listrik PHEV (Plug-in Hybrid Electric Vehicle) bisa dicas dengan colokan listrik di rumah maupun di stasiun pengisian listrik umum. Contoh mobil PHEV yang sudah dipasarkan di Indonesia yaitu Mitsubishi Outlander PHEV, Toyota Prius, dan BMW i8 Roadster.
>>> Review Mitsubishi Outlander PHEV 2019 : Nama Boleh Sama Spesifikasi Total Berbeda
Dari perbedaan mobil listrik BEV, HEV dan PHEV di atas bisa disimpulkan yang paling cocok dan relevan untuk pasar Indonesia saat ini adalah mobil hybrid (Hybrid Electric Vehicle). Hal ini mempertimbangkan faktor tersedianya infrastruktur pengisian secara menyeluruh di semua daerah jika menggunakan mobil listrik murni, serta biaya besar untuk pengisian jika melakukan pengecasan menggunakan listrik rumah. Perlu diketahui untuk mengecas mobil listrik di rumah diperlukan daya listrik yang besar minimal 2.200 watt. Itupun pengisian memerlukan waktu yang lama hingga berjam-jam.
Kembali kepada keputusan Anda, kalau Anda mementingkan insentif seperti yang diberikan Pemrov DKI, silahkan beli mobil listrik murni atau BEV. Tapi kalau mementingkan kenyamanan, mobil hybrid lebih cocok untuk Anda beli.
Merek China pun siap berkompetisi di pasar mobil listrik
>>> Berita otomotif terkini dan menarik lainnya di Cintamobil.com