Harga Honda Freed Bekas Masih Tinggi, 'Nyerempet' Avanza Baru

25/05/2021

Pasar mobil

3 menit

Share this post:
Harga Honda Freed Bekas Masih Tinggi, 'Nyerempet' Avanza Baru
Harga Honda Freed bekas terbilang masih tinggi yakni di atas Rp 100 jutaan. Bahkan ada yang menyentuh Rp 187 juta alias nyerempet harga Toyota Avanza baru.

Adakah dari Anda yang berniat untuk meminang Honda Freed? Jangan khawatir, meski model barunya tak lagi masuk ke pasar Indonesia Anda masih bisa membeli Honda Freed bekas. Tapi jangan heran kalau harga Honda Freed bekas masih terbilang tinggi. 

Di laman jual beli Cintamobil.com misalnya harga Freed bekas ditawarkan mulai Rp 107 jutaan. Kalau beruntung dalam negosiasi, Freed bekas lansiran tahun 2010 yang sudah menempuh jarak 205.000 km itu bisa Anda dapatkan lebih murah lagi.

DKI Jakarta, Honda Freed 1.5 2010 kondisi terawat 1

Honda Freed bekas yang ditawarkan di laman Cintamobil seharga Rp 107 juta

>>> Tak Punya Model Baru, Harga Honda Freed Bekas Masih di Atas Rp 100 Juta

Honda Freed Bekas Tahun Muda Dijual Rp 150-180 Jutaan

Itu bukan satu-satunya pilihan Honda Freed bekas. Ada beragam Freed bekas yang ditawarkan dan bisa Anda beli sesuai dengan budget di kantong. Bila Anda menginginkan Freed dengan tahun lebih muda setidaknya siapkan uang Rp 150-180 jutaan. Ya, harga Honda Freed bekas ini memang setara dengan mobil sejuta umat Toyota Avanza bekas

Jual cepat Honda Freed 1.5 2014 di Jawa Tengah

Freed bekas lansiran 2014 ini ditawarkan dengan harga Rp 187 juta

Namun keduanya jelas berbeda. Toyota Avanza mengisi segmen Low MPV sedangkan Freed setingkat di atasnya yakni medium MPV. Ditambah lagi fitur pintu geser yang menjadikan tampilannya mewah. Tampilan mewah ini lah yang disebut menjadi salah satu modal hingga harga Freed bekas masih terbilang cukup tinggi. 

"Honda Freed ini bisa untuk keluarga dan tampilan mewah. Dengan performa mesin yang terus prima, sliding door serta tersedianya captain seat  membuat mobil seken ini semakin dicari," jelas Bussines Innovation & Sales Marketing Director PT Honda Prospect Motor (HPM), Yusak Billy beberapa waktu lalu. 

Freed tak sendirian di segmen medium MPV. Ada juga Toyota Sienta yang dihadirkan dengan desain serupa yakni mengusung fitur pintu geser. Sayang, desain kotak yang diusung Honda Freed juga lah yang membuat penjualannya di Indonesia harus disetop. Honda mengatakan bahwa masyarakat Indonesia tak lagi kepincut akan mobil berdesain kotak layaknya Freed. 

>>> Airbag Inflator Bermasalah, 17.286 Unit Honda Freed Dan Jazz Harus Direcall

Orang Indonesia Lagi Kesengsem SUV

Sienta

Sienta kini melenggang sendirian

Berbeda dengan Freed, Toyota justru masih terus melanjutkan penjualan Sienta. Bisa jadi penilaian Honda terkait desain kotak yang tak lagi dilirik masyarakat Indonesia ada benarnya. Sehingga jika Freed dibawa ke Indonesia penjualannya bukan tak mungkin merosot alias tak laku. Sebagai gambaran, mengutip data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia, penjualan Toyota Sienta memang tengah merosot. 

Bahkan sepanjang tahun 2020 hanya ada 393 unit Sienta terdistribusi. Bandingkan pada tahun pertamanya Sienta mampu membukukan penjualan sebanyak 17.931 unit. 

Bagi Honda saat ini masyarakat Indonesia tengah kepincut dengan desain mobil SUV yang tampil lebih gagah. Tak heran kalau Honda pun mulai bergerak ke arah sana. Honda sendiri belum lama ini diketahui menghadirkan mobil konsep baru yakni N7X Concept yang memang ditujukan untuk masyarakat Indonesia. 

"Masyarakat Indonesia cenderung lebih memilih mobil-mobil yang berkarakter SUV. Oleh karena itu banyak sekarang mobil-mobil keluarga yang diluncurkan itu modelnya menyerupai SUV yang memiliki ground clearance tinggi," ungkap Billy. 

>>> Toyota Siapkan Sienta 2022, Generasi Baru Dengan TNGA 

 
Menjadi jurnalis otomotif di salah satu media ternama di Indonesia sejak 2016 dan telah memiliki ragam pengalaman menguji mobil hingga mengunjungi pameran otomotif tingkat dunia. Bergabung sebagai Editor di Cintamobil sejak tahun 2020. Lulusan Universitas Trisakti ini mengawali karir sebagai jurnal
 
back to top