Hyundai Motor Corporation saat ini sedang membangun megapabrik di Indonesia yang akan mulai beroperasi di akhir tahun 2021. Dana investasi yang digelontorkan pun cukup besar, yaitu mencapai $ 1,5 miliar atau setara Rp 22 triliun.
Artinya, pabrikan asal Korea Selatan ini memang serius untuk berekspansi dan bersaing dengan rival-rival asal Jepang di pasar Asia Tenggara. Dua model yang akan diperkenalkan Hyundai dalam beberapa waktu ke depan, Creta dan Stargazer, akan menjadi amunisi mereka di segmen Small SUV dan Low MPV yang sangat potensial.
Pabrik Hyundai di Kota Delta Mas siap beroperasi akhir tahun 2021
Meski begitu, mereka masih punya pekerjaan rumah yang besar untuk memperbaiki brand image di Tanah Air. Mobil-mobil Korea Selatan generasi pertama yang masuk ke Tanah Air dirundung oleh stigma negatif dari pecinta otomotif di Indonesia.
Di bawah ini kami akan menjabarkan 3 stigma negatif Hyundai di Indonesia dan melihat, apakah mereka terbukti sudah berbenah dan lebih siap untuk bersaing hari ini?
>>> Bila Meluncur di Indonesia, Hyundai Creta Butuh Modal Ini Biar Sukses
1. Build Quality yang Buruk
Mobil-mobil Hyundai yang masuk di akhir tahun 1990-an atau awal 2000-an memang memiliki build quality yang buruk jika dibandingkan dengan mobil Jepang. Dari mulai gap antar panel yang kurang rapih, dashboard yang mudah rusak, serta material yang terkesan murah.
Faktor-faktor tersebut membuat harga jual kembali mobil Hyundai di pasar mobil bekas, yang akhirnya berimbas pada keenganan konsumen Indonesia untuk meminang mobil buatan Korea Selatan.
Build quality mobil Korea Selatan generasi pertama tidak sebaik rival-rival asal Jepang
Tetapi menurut pengamatan kami, mobil-mobil Hyundai modern sudah jauh lebih baik kualitasnya. Bahkan, model yang diproduksi di India pun memiliki standar quality control yang tinggi.
>>> Hyundai Buka Suara Soal Isu Kehadiran Stargazer dan Creta di Indonesia
2. Desain Kurang Menarik
Melihat mobil-mobil Hyundai generasi pertama, menurut kami desainnya cenderung aneh, kurang menarik, dan membosankan. Tetapi, semenjak Peter Schreyer bergabung menjadi Chief Design Officer Hyundai-Kia di tahun 2018, kami bisa melihat perkembangan yang sangat signifikan.
Lihat saja mobil-mobil Korea Selatan modern seperti Santa Fe terbaru, Palisade, dan Staria. Hari ini, mobil-mobil tersebut termasuk mobil yang cukup diminati karena desainnya.
Stigma desain kurang menarik dan membosankan Hyundai generasi pertama justru berbanding terbalik dengan mobil mereka hari ini
Peter Schreyer adalah desainer yang menghasilkan mobil-mobil ikonik seperti Audi TT, VW Golf generasi ketiga, VW New Beetle, dan banyak lagi.
3. Mesin Kurang Andal
Stigma negatif terakhir yang kerap merundung mobil-mobil Korea termasuk Hyundai adalah permasalahan di sektor dapur pacu. Mesin mobil-mobil Korea dahulu dianggap mudah overheat dan rusak.
Tak hanya itu, mesin mobil Korea juga dianggap kurang bertenaga dan tak efisien bahan bakar dibanding mesin mobil Jepang. Untungnya, hal tersebut tak lagi berlaku pada mesin Hyundai modern. Terutama mesin dieselnya yang bahkan lebih digdaya dibanding para rival.
>>> Debut Genesis GV80 2022, SUV Mewah Korea Selatan Tampil Bak Bentley
Bukan hanya berbenah, mesin modern mereka bahkan lebih digdaya dibanding rivalnya
Dari penjabaran di atas, terlihat bahwa mereka sudah berhasil mematahkan stigma negatif Hyundai yang dulu merundung. Menurut kami, Creta dan Stargazer cukup kompeten untuk bersaing dengan rival asal Jepang yang sudah lebih populer.