
Tak bisa dipungkiri, PT Toyota Astra Motor (TAM) melakukan terobosan yang cemerlang di ajang pameran otomotif tahunan ini dengan memamerkan konsep Kijang Innova listrik. Meski hanya dipamerkan di hari pertama, mobil listrik ini berhasil jadi buah bibir para awak media, konsumen, pegiat otomotif hingga orang pemerintahan!
Meski sebatas konsep, langkah ini cukup strategis untuk memperlihatkan berbagai kemungkinan dari masa depan elektrifikasi Toyota di Indonesia. Apalagi, Hyundai mulai mengancam dengan peluncuran IONIQ 5 rakitan lokal yang dipamerkan di ajang yang sama.
Kehadiran IONIQ 5 memanaskan peta persaingan industri otomotif Indonesia di era elektrifikasi
Pertanyaannya, akankah Kijang Innova menjadi mobil lisrik perdana yang dirakit oleh PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia? Jawabannya menurut tim Cintamobil.com tentu saja tidak. Mengapa demikian?
>>> Review Toyota Fortuner 2.8 2022: Sajikan Mesin yang Lebih Buas
Kenapa Tidak?
Sebagai disclaimer, tak menutup kemungkinan bahwa Toyota membuktikan bahwa tebakan kami sepenuhnya salah dengan meluncurkan Kijang Innova EV tahun depan. Tetapi, kami punya beberapa alasan yang membuat MPV ini nampaknya tidak akan menjadi proyek mobil listrik perdana yang dirakit di Indonesia.
1. Mobil Listrik Berbentuk MPV Keluarga (Secara Konsep) Kurang Efisien
Selain penggunaan energi yang berkelanjutan, esensi dari sebuah mobil listrik adalah efisiensi penggunaan energi yang berkaian dengan jangkauan dari mobil itu sendiri. Pasalnya, mayoritas mobil listrik hari ini memiliki jangkauan di kisaran 300 - 500 kilometer yang tentunya tak seberapa impresif jika dibandingkan dengan mobil bermesin konvensional saat tangki bahan bakar terisi penuh.
Teknologi baterai hari ini belum memungkinkan untuk sebuah Kijang Innova listrik untuk memiliki jangkauan yang cukup. Apa gunanya sebuah MPV 7-seater jika tidak bisa digunakan untuk piknik ke puncak atau mudik karena jangkauan yang terlalu rendah?
Jika diproduksi, Kijang Innova EV Concept dengan sasis tangga dan powertrain ini bisa menjadi mobil listrik paling boros
Secara spesifikasi yang berhasil kami dapat di internal, Kijang Innova EV Concept yang dikembangkan dengan platform Innova hari ini dengan baterai berkapasitas 58,9 kWh saja hanya memiliki jangkauan di kisaran 200 - 300 kilometer. Bahkan, kami merasa klaim jangkauan 300 kilometer tersebut adalah angka yang terlalu optimistis.
Sebagai perbandingan, Hyundai IONIQ 5 varian Standard Range dengan baterai 58 kWh memiliki jangkauan 384 kilometer dengan perhitungan resmi WLTP (Worldwide Harmonised Light Vehicle Test Procedure). Jadi, butuh banyak pengembangan secara desain aerodinamika dan platform untuk Innova EV menjadi sebuah mobil listrik dengan jangkauan yang logis untuk sebuah mobil keluarga.
2. Infrastruktur di Indonesia Belum Siap
Ini adalah permasalahan utama untuk Kijang Innova EV digunakan berpelesir dengan 7 penumpang dan barang. Tanpa infrastruktur SPKLU (Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum) yang tersebar di luar kota besar, mobil ini praktis hanya bisa digunakan di dalam kota.
>>> Lihat Lebih Dekat Toyota Kijang Innova EV Concept
Sebaran SPKLU di Indonesia belum merata dan masih terlalu sedikit
Lagi-lagi, apa gunanya mobil dengan dimensi dan akomodasi yang besar jika tidak bisa digunakan ke luar kota? Kalau hanya berkendara sendirian, City Car atau mobil listrik yang lebih kecil tentu akan lebih logis untuk dikendarai.
3. Harganya Terlalu Mahal
Tak bisa dipungkiri, mobil listrik saat ini masih terbatas bisa dinikmati oleh kalangan menengah ke atas. Sejauh ini, mobil listrik termurah masih dibanderol di atas Rp 500 juta. Itu pun bentuknya sebuah Hatchback.
Bayangkan, jika Hyundai IONIQ 5 saja dihargai di kisaran Rp 700 - 900 juta, lantas berapa harga yang cocok untuk sebuah Toyota Kijang Innova EV? Tak menutup kemungkinan harganya akan di kisaran yang sama atau bahkan lebih tinggi. Apakah Innova dengan harga mendekati Rp 1 miliar masih cocok untuk disebut sebagai sebuah MPV keluarga?
Tentu banderol itu jauh dari kata ideal untuk sebuah mobil perdana Toyota yang diharapkan bisa menjangkau konsumen yang lebih luas. Tiga alasan di atas menjadi argumen yang cukup valid dari kami untuk menyebut bahwa mobil ini masih sangat jauh dari tahap produksi.
Jika dibanderol di kisaran Rp 800 juta, apakah Kijang Innova masih bisa disebut sebagai MPV keluarga sejuta umat?
Setidaknya, Toyota masih harus mengembangkan motor listrik, battery pack, serta desain yang tepat untuk membuat Innova EV sebuah pilihan yang logis. Tentu, bukan tidak mungkin untuk Toyota dalam membuktikan argumen ini salah besar.
Toh mereka sudah membuktikan bahwa memasukkan motor listrik ke platform Innova hari ini bukanlah sesuatu yang mustahil. Selain itu, pabrikan berlambang tiga elips ini juga sudah memiliki platform mobil listrik e-TNGA yang - secara teori - mampu mengakomodir kehadiran sebuah MPV listrik.
Kalau bicara pilihan yang strategis, tentu saja sebuah Hatchback, City Car, atau Compact SUV bertenaga motor listrik adalah pilihan yang lebih tepat sebagai mobil listrik perdana dari Toyota.