Toyota dalam Strategi Dekarbonisasi Otomotif Indonesia

16/02/2025

Event - Promosi

3 menit

Share this post:
Toyota dalam Strategi Dekarbonisasi Otomotif Indonesia
Cyrillus Harinowo lewat bukunya “Multi-pathway for Car Electrification” berbicara tren elektrifikasi industri otomotif dalam upaya menciptakan udara bersih dan dekarbonisasi.

Toyota Beyond Zero diselenggarakan di Gambir Expo, 15 Februari 2025
Toyota Beyond Zero diselenggarakan di Gambir Expo, 15 Februari 2025

Cyrillus Harinowo, seorang bankir dan ahli moneter, memiliki pandangan berbeda tentang industri otomotif dan upaya menciptakan udara bersih lewat dekarbonisasi. Keresahannya dituangkan dalam riset yang menghasilkan buku berjudul “Multi-pathway for Car Electrification”.

Bukan tanpa alasan Cyrillus yang memiliki pengalaman di bidang industri keuangan maupun perbankan itu melakukan riset  dan menyusun buku soal otomotif,  khususnya yang mengupas tren teknolgi otomotif terkini, seperti mobil listrik murni (Baterry Electric Vehicle/BEV)  dan upaya mengikis karbon.

Melalui riset pustaka, kajian lapangan, dan penerapan teori, ia mendalami masalah industri otomotif terkini. Dalam buku yang hampir 300 halaman itu, ia berharap dapat memberikan penjelasan yang masuk akal dan berpotensi mendukung keberlanjutan ekonomi, industri, serta masa depan visi NZE (Net Zero Emissions) Indonesia.
Salah satu peristiwa yang mendorong Cyrillus menyelami hal tersebut ialah kegemparan yang dibuat Perdana Menteri Inggris Boris Johnson pada 2020, yang menyatakan negaranya akan melarang penjualan mobil konvensional pada 2030 dan hanya membolehkan mobil listrik.

"Satu pernyataan Boris Johnson itu membuat saya berpikir bahwa hal tersebut merupakan sesuatu yang tidak akan bisa kembali lagi atau irreversible.  Sementara masyarakat Indonesia sendiri belum sepenuhnya paham mengenai itu,” ungkap Cyrillus di sela acara diseminasi bukunya,  di Jakarta, baru-baru ini.

>>> Pengen beli mobil Toyota baru atau bekas? Dapatkan pilihannya di sini

Teknologi Kikis karbon

Namun dari penelusuran lapangan, lanjut Cyrillus, dorongan negara-negara Barat itu tampaknya menurut Cyrillus bisa diikuti jejaknya oleh Indonesia dengan berbagai prasyarat. 

"Seperti contoh,  kalau kita bicara mengenai penggunaan BEV saat ini, listriknya mungkin Zero Emission. Namun ketika ingin men-charging baterainya, bauran energi dari sumber listriknya 80 persen berasal dari pembangkit listrik yang digerakan oleh bahan bakar fosil (fossil fuel).  Berarti mobil listrik itu sebetulnya masih mengeluarkan emisi karbon 87 persen, ungkapnya.

Lini kendaraan Toyota ramah lingkungan
Lini kendaraan Toyota ramah lingkungan

Menyinggung isi buku, Cyrillus menyusun buku tersebut bersama Ika Maya Sari Khaidir yang juga profesional perbankan. Keduanya menulis sebanyak 26 bab yang menyoroti berbagai perkembangan teknologi mutakhir sektor otomotif dalam upaya mengikis karbon, juga mengulas perjalanan berbagai negara baik Eropa, Amerika, bahkan Asia Tenggara.

"Pada kenyataannya, upaya dekarbonisasi sektor otomotif memang serempak dilakukan secara global. Hanya saja, transisi menuju mobil listrik tidaklah mudah, terutama di negara berkembang seperti Indonesia. Infrastruktur pengisian baterai masih terbatas, sementara tuntutan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca semakin meningkat,”" ucap Cyrillus.

>>> Biodiesel B40 Berjalan di 2025, Begini Kesiapan Toyota

Solusi HEV dan PHEV

Sebagai respons, banyak produsen mobil global, termasuk yang beroperasi di Indonesia, mulai mengembangkan Hybrid Electric Vehicle (HEV) dan Plug-in Hybrid Electric Vehicle (PHEV) sebagai langkah awal sebelum beralih sepenuhnya ke mobil listrik, hingga mesin fleksibel. Langkah inipun dianggap sebagai solusi dari stagnasi dekarbonisasi jika selalu mengandalkan penetrasi mobil listrik. Terlebih dengan perang dagang sengit antara Barat versus China yang memicu pengembangan multiteknologi.
Cyrillus mengungkapkan Brazil merupakan contoh paling tepat buat Indonesia. Negeri  Amerika Latin itu memiliki kesamaan dengan Indonesia dalam hal sebagai negara berkembang dengan jumlah penduduk yang besar. 

Dalam upaya dekarbonisasi, Brazil telah mengadopsi penggunaan bioetanol  sebagai bahan bakar kendaraan, yang dihasilkan dari industri gula mereka. Brazil adalah produsen bioetanol terbesar kedua di dunia setelah Amerika Serikat. 

Indonesia dapat memanfaatkan cadangan nikel untuk kendaraan listrik dan hybrid
Indonesia dapat memanfaatkan cadangan nikel untuk kendaraan listrik dan hybrid

Penggunaan bioetanol di Brasil berpotensi mengurangi emisi karbon dari sektor transportasi, yang merupakan penyumbang utama emisi karbon di negara tersebut. Negara tersebut juga mengembangkan biodiesel sebagai bahan bakar alternatif ramah lingkungan untuk diesel, serta mobil flexy hybrid  yang menggunakan bioetanol.
Dengan populasi besar dan kesadaran lingkungan yang meningkat menurut dia, Brasil memiliki potensi untuk berkembang dalam industri mobil listrik dan kendaraan ramah lingkungan lainnya. 

Sementara bagi Indonesia menurut dia, dengan mempertimbangkan kemunculan tren ragam teknologi dalam dekarbonisasi maka memiliki peluang untuk menguasai rantai pasok kendaraan berteknologi listrik dan mesin flexy. 

Pasar mobil listrik sendiri menurut Cyrillus secara global sebetulnya juga masih relatif terbatas saat ini. Bukan hanya di Indonesia saja tetapi  juga pasar global. Jadi dari sisi industri mobil di Indonesia menurut dia, tetap melanjutkan bisnis yang ada saat ini sambil secara bertahap melakukan transisi melalui pengembangn industri mobil yang memiliki pasar yang besar,  seperti mobil hybrid.

>>> IIMS 2025: Toyota Gelar Pameran Kendaraan Ramah Lingkungan

Menggeluti dunia Jurnalistik sejak 2013, berbagai desk berita umum telah dilakoninya. Mulai dari kriminal dan metropolitan, seleb dan gaya, kesehatan dan lingkungan, ekonomi bisnis, serta kepemerintahan. Terakhir, yakni di 2020 mulai jatuh cinta dengan Otomotif. Kata siapa perempuan nggak
 
back to top